Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Titisan

9 Februari 2024   23:45 Diperbarui: 9 Februari 2024   23:47 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ingin agar aku terpilih lagi jadi caleg, Mbah," ujar seorang laki-laki berpakaian safari coklat. Wajah itu tampak fampak sangat familiar  dan sering kulihat muncul di televisi.

"Aku ingin suamiku terpikat terus kepadaku, Mbah," kata perempuan separuh baya bergaun hijau dan menggunakan perhiasan yang tak wajar..

"Aku ingin memperoleh jabatan direktur utama di kantorku, Mbah."Laki-laki berjas hitam tak mau kalah mengungkapkan keinginannya.

Dengan seksama Bimo melihat ritual itu sambil terus berpikir cara menolong Raina."Heran di zaman serba canggih ini masih banyak orang pinter keblinger,. Percaya pada ritual di luar nalar demi menjadi seorang pejabat atau tujuan-tujuan lain," pikir Bimo.

"Apakah mahar kalian sepadan dengan keinginan kalian?" tanya dukun itu. Para tamu memperlihatkan koper-koper yang dibawa yang berisi tumpukan  uang.

Pelan-pelan dukun tua itu kembali  membacakan mantra sambil mendekati Raina. Gadis itu mulai lemas dan tidak berontak lagi. Mungkin Raina sengaja dihipnotis agar menuruti semua keinginan mereka. Ilmu hipnosis yang sejatinya dapat digunakan untuk menolong orang, kini dipakai untuk berbuat kejahatan.

Lagi pula dari mana mereka memastikan kalau Raina itu keturunan Ratu Kalinyamat. Apa hubungannya Ratu Kalinyamat itu dengan nasib seseorang. Mungkin Ratu Kalinyamat yang merupakan wanita tangguh, pejuang perempuan dari Jepara ini memang cantik dan memiliki keberanian melawan ketidakadilan. Tak ada hubungannya sedikit pun dengan tujuan mereka untuk meraih jabatan, disayangi suami,  jimat penglaris dan jimat pengasih.

Hal-hal klenik seharusnya tak digunakan untuk meraih jabatan dengan cara diluar akal manusia. Harusnya mereka melakukan dengan cara yang benar, seperti berprestasi, jujur, dan memperjuangkan kepentingan orang lain. Bukan memperkaya diri sendiri dan mengeruk kekayaan dengan mengatasnamakan kepentingan rakyat. Semua tak ada hubungannya dengan nalar dan logika manusia.

Bimo tak tahu harus berbuat apa untuk menolong Raina. Dari segi jumlah, dirinya pasti kalah jika bertarung dengan mereka. Apalagi ada para centeng, berkumis tebal dan bersenjata golok terlihat di sekeliling tempat pemujaan

"Kalian harus bersemadi di depan altar sambil menutup mata," ucap dukun itu. Para tamu itu duduk bersila seraya menutup mata mereka sedangkan Sang dukun pergi bersama para centeng sambil membawa koper-koper berisi uang dengan diam- diam.

Bimo merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan dukun dan para centengnya. Sementara senja mulai merayap dan kabut menutupi tempat persembahan. Bimo khawatir jika saat malam hari banyak binatang liar yang akan mendekati tempat itu. Dia harus segera menolong Raina sekaligus para klien dukun itu. Dukun itu dan para centengnya membawa seluruh koper berisi uang mahar sementara Raina dan para kliennya itu ditinggal. Dia harus melakukan sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun