Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen 'Cinta yang Tak Bertakhta'

23 Januari 2023   16:21 Diperbarui: 23 Januari 2023   16:24 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: dream.co.id

"Kita lihat reaksi pasien paska operasi. Pendarahan di otak Bu Vania sangat berat sehingga kami tetap akan terus memantau kondisi pasien. Kita doakan semoga proses pemulihan berjalan lancar." Dokter kembali menjelaskan dengan panjang lebar.

"Ya Allah ... Bunda belum dapat dipastikan akan sembuh bahkan bisa terjadi sesuatu yang buruk bisa terjadi padanya," batin Andina seraya menahan napasnya.

Setelah setengah jam paska operasi, Bunda dibawa ke ruang ICU lagi. Dia masih harus dirawat intensif dengan bantuan alat-alat kedokteran. Andina, Mbok Nah dan Rania mengantar Bunda sampai tiba di ruang ICU. Bunda masih belum sadarkan diri. Dia masih koma sejak kecelakaan itu.

Andina memandangi Bundanya dari balik jendela ruang ICU. Hatinya tak mampu menahan duka sehingga air matanya kembali tak terbendung. Andina sesegukan menahan tangis seraya memandangi Bunda yang tetap terbaring lemah. Ya ... Rabb, hanya Engkaulah yang memiliki iradah bagi setiap umat-Mu. Berikanlah yang terbaik untuk Bunda.

Saat itu senja sudah mulai berganti malam. Sinar mentari mulai meredup berganti lembayung jingga yang menghiasi ufuk. Andina tak ingin meninggalkan Bunda di rumah sakit. Dia ingin menemani Bundanya terus, tetapi ruang tunggu pasien ICU tidak tersedia. Akhirnya mereka menunggu di ruangan khusus pasien ICU yang disediakan rumah sakit. Ada sofa yang dapat mereka gunakan untuk beristirahat.

Tanpa terasa Andina terlelap karena sangat letih. Dalam tidurnya dia melihat Bunda di sebuah taman yang sangat indah. Bunda menggunakan gaun berwarna putih panjang. Bunda terlihat sangat cantik.

"Bunda!" Andina berteriak keras. Dia berlari ke arah Bunda dan berniat ingin memeluknya. Namun, Bunda seolah tak melihatnya. Dia terus saja berjalan dan tak menghiraukan panggilannya.

"Bunda! Tunggu Andina! Bunda ... Andina kangen sama Bunda. Bunda berhenti!" setengah berteriak Andina memanggil Bunda, tetapi Bunda tetap tidak menengok ke arahnya.

"Neng! Neng Andina, bangun!" Suara panggilan Mbok Nah terdengar keras.

"Astagfirullah ... aku memimpikan Bunda tadi, Mbok. Apakah ini firasat ya." Andina berkata sambil pelan-pelan duduk di sofa.

"Mungkin Neng Andina belum membaca doa tadi," ujar Mbok Nah sambil memberikan sebotol air mineral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun