Mohon tunggu...
Nina Sulistiati
Nina Sulistiati Mohon Tunggu... Guru - Belajar Sepanjang Hayat

Pengajar di SMP N 2 Cibadak Kabupaten Sukabumi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Waspadai Stres dan Tekanan Jiwa Pada Anak

15 Oktober 2022   13:57 Diperbarui: 15 Oktober 2022   14:05 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: https://id.theasianparent.com/

"Setiap manusia berharap untuk hidup berbahagia dan sukses. Namun, harapan itu tidak serta merta hadir. Banyak ujian yang akan menghadang untuk mencapai sebuah kesuksesan."

Berbagai upaya dilakukan agar harapan kita dapat terwujud dengan baik. Kerap usaha tersebut memberikan tekanan kepada jiwa kita. Tekanan-tekanan itu menimbulkan dampak negatif bagi penderitanya.

Kilas balik peristiwa merebaknya Covid -19 tiga tahun lalu di Indonesia memberikan dampak di berbagai bidang. Tidak sedikit kepala keluarga yang harus kehilangan pekerjaan. Banyak para pengusaha yang terpaksa gulung tikar. Tak sedikit para pelajar dan mahasiswa yang merasa tertekan dengan banyaknya tugas-tugas yang harus diselesaikan saat pembelajaran on line.

Dalam tayangan acara kesehatan di Stasiun TVRI dijelaskan oleh narasumber dr. Santi Andayani, SpKj.MMRS, KSM Ilmu Kedokteran Jiwa RSUP Dr. Hasan Sadikin menyebutkan sejak dua tahun dilanda pandemi virus corona-19, masalah psikologis 2 tahun mengalami pandemi mengalami peningkatan. Data ini diambil per Maret 2020 s.d. Maret 2022. Masalah-masalah psikologis tersebut meliputi kecemasan 71,7 %, depresi 72,9%, trauma psikologis 84%.

Kesehatan mental seseorang akan berdampak pada kesehatan tubuh seseorang. Hal tersebut juga akan dialami oleh anak-anak yang cenderung mengalami stress dan tekanan saat menjalani hidupnya.

Berdasarkan laman Halo.doc. com memaparkan survey yang dilakukan di Amerika Serikat terhadap 432 anak dengan rentang usia 5-13 tahun, terungkap bahwa 72 persen anak mengalami stres, yang ditunjukkan oleh perilaku negatif, selama 12 bulan terakhir.

Para orang tua hendaknya memahami tentang ciri-ciri seorang anak yang sedang mengalami stress dan tekanan dalam hidupnya.

Ciri-ciri anak yang sedang mengalami stres berat dan tekanan jiwa antara lain:

  • Emosi anak tidak menentu. Kadang- kadang emosi meledak-ledak dan tidak terkendali, menangis, banyak mengeluh serta lebih banyak membantah nasihat orang lain. Di sisi lain timbul rasa takut dalam diri anak yang tidak jelas penyebabnya dan takut pada hal-hal sepele, misalnya takut kegelapan, takut bertemu orang yang tidak dikenalnya, dan takut ditinggal orang tuanya.
  • Anak lebih suka menyendiri. Para orang tua jangan senang dulu jika anak-anak mereka lebih senang diam di rumah dan melakukan kegiatan di dalam kamar, sendiri. Perlu diawasi dan diamati apa yang dilakukannya. Anak yang sedang stress cenderung menarik diri dari lingkungan sosialnya.
  • Nafsu makan anak akan mengalami perubahan. Dia tidak mau makan dengan suasana hati yang tidak nyaman atau justru anak makan sangat banyak di luar batas kewajaran.
  • Sulit fokus pada pelajaran. Anak akan merasa bosan dan jenuh belajar sehingga akan mempengaruhi prestasi akademiknya.
  • Mengalami gangguan tidur. Anak yang sulit tidur merupakan salah satu tanda anak sedang mengalami stress.

Pada masa ini orang tua harus mengetahui perkembangan tumbuh kembang anak secara fisik dan mentalnya. Kedua hal ini merupakan faktor penentu bagi kesehatan anak secara menyeluruh. Stres dan tekanan yang dialami anak akan mempengaruhi pula kesehatan jasmanainya. 

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang mudah stres dan tertekan. Faktor-faktor pemicu ini yang harus diwaspadai oleh para orang tua.

  • Anak memiliki tugas yang banyak dari sekolah. Anak akan meras takut jika tugas-tugas tersebut belum selesai, dia tidak akan mendapat nilai dari guru. Hal itu membuat dia harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Apalagi kegiatan sekolah yang diikuti anak banyak pula.
  • Anak mendapat intimidasi dari pihak lain. Yang paling sering terjadi intimidasi atau bullying dilakukan oleh teman-teman mereka. Bentuk intimidasi ini banyak, antara lain: pemalakan, hinaan, sampai dengan tindakan fisik.  Bullying yang dilakukan baik secara fisik, verbal, dan emosional itu membuat anak tertekan. 

Perlu diwaspadai jika anak tidak mau pergi ke sekolah dalam waktu yang berkepanjangan dan tanpa sebab.

  • Kondisi keluarga yang tidak harmonis. Keluarga merupakan faktor utama pencetus stress pada anak. Orang tua yang selalu bertengkar dan mungkin berakhir pada perceraian membuat anak merasa tidak betah berada di rumah dan tidak nyaman berdekatan dengan orang tua. Mereka akan broken home dan akhirnya akan melakukan tindakan-tindakan negatif di luar rumah sebagai pelampiasan stress dan tekanan yang dialaminya.
  • Terkontaminasi oleh konten-konten yang tidak baik. Dewasa ini konten-konten yang berisi pornografi, radikalisme dan yang kurang patut ditonton mudah diakses oleh anak-anak. Semakin lama anak-anak menyaksikan tayangan ini, psikis mereka akan semakin terganggu.

Bagaimana cara orang tua mencegah anak stres dan merasa tertekan?

Banyak cara untuk mencegah anak stres, antara lain:

  • Jadilah tempat curhat buat anak-anak. Orang tua adalah tempat anak-anak berlindung dari segala ancaman dan tempat anak anak mengadukan segala masalah yang ditemukannya dalam tumbuh kembangnya. Orang tua hendaknya bersikap bijaksana saat anak berbuat kesalahan dan meminta masukan. Yang paling penting posisikan kita sebagai teman mereka dan jangan sekali-kali menghakimi. Berilah masukan dengan bahasa yang lembut. Jadilah pendengar yang baik buat mereka.
  • Kurangi kegiatan anak yang dapat memicu stress dan tekanan.
  • Jadilah teman dan pendengar yang baik buat anak-anak. Curahan hati anak-anak merupakan pertanda bahwa mereka membutuhkan masukan dan solusi dari masalah yang mereka temukan.
  • Menciptakan suasana rumah yang nyaman dan harmonis agar anak-anak merasa betah dan nyaman tinggal di rumah. Rumahku Istanaku menjadi pepatah yang sangat penting dilaksanakan.
  • Konsultasi dengan pihak sekolah untuk mengetahui perkembangan mental, sosial dan akademik anak.
  • Dampingi anak sebisa mungkin saat melihat ciri-ciri anak sedang stress dan mendapat tekanan. Ajaklah berbicara dan menggali masalah yang ada pada anak.
  • Bawalah ke psikolog jika masalah yang dihadapi anak tidak dapat dicari penyelesaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun