"Kalau akang tidak ikhlas melepaskan Arina, pasti Arina akan sedih nantinya," ujar Arina lagi.
Iya ... iya ... Akang pasti ikhlas," ujarku gugup. Aku sejujurnya tidak mau membicarkan itu.
"Sekarang Arina ikhlas jika suatu saat dipanggil Allah karena Akang sudah ikhlas melepaskan Arina juga," ucap Arina lagi.
"Ayo, ah. Kita kembali ke hotel. Tuh, sudah terdengar azan," ajakku. Aku mengalihkan perhatian Arina.
Setelah percakapan itu, Arina benar-benar dipanggil Allah. Janji di bawah langit Salabintana harus aku penuhi. Aku harus ikhlas melepas kepergian Arina. Tanpa air mata dan kesedihan. Aku tak pernah berpisah dengan Arina karena dia bersemayam di hatiku selamanya.
Â