Mohon tunggu...
Nikodemus Yudho Sulistyo
Nikodemus Yudho Sulistyo Mohon Tunggu... Dosen - Menulis memberikan saya ruang untuk berdiskusi pada diri sendiri.

Saya bergabung di Kompasiana sekedar untuk berbagi mengenai beragam hal. Saya menyenangi semua yang berhubungan dengan bahasa, sosial, budaya dan filosofi. Untuk konten yang berhubungan dengan kritik sastra, dapat juga ditonton di kanal YouTube saya yang bisa diklik di link profil.

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Kasus Sianida Jessica Wongso: Ironi Netizen dan Proses Penegakan Hukum di Indonesia

8 Oktober 2023   15:48 Diperbarui: 8 Oktober 2023   16:10 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masalah apakah Jessica Wongso benar-benar membunuh Mirna atau tidak, itu perkara lain. Yang jelas, proses hukum di Indonesia tidak berjalan dengan baik. Buktinya, sampai sekarang, kasus ini dianggap tidak mutlak. Perdebatan masih terus terjadi, misteri masih terus tak terpecahkan. Motif pembunuhan, bukti-bukti yang kuat, serta argumentasi yang masuk akal sepertinya tidak menjadi menu utama. Kesannya, proses hukum yang sudah terlanjur bergulir, harus segera diberikan kesimpulan, tidak peduli bila kasus tersebut tidak terbukti secara terang-benderang, melainkan samar-samar.

Sekali lagi, saya mencoba menempatkan posisi saya di tengah-tengah, karena pendapat saya bukanlah bukti hukum. Jadi, apakah Jessica salah atau tidak, harusnya proses hukum yang benar yang berhak menentukan, bukan pendapat saya ataupun pendapat netizen lain.

Masalahnya, ironi terletak di sini.

Kita tahu bahwa proses hukum di Indonesia masih sangat diragukan. 'Gerakan' netizen tersebut adalah bukti dari ketidakpercayaan publik terhadap penegakan hukum. Maka, masyarakat merasa perlu untuk terlibat dan mengawal beragam proses hukum tersebut. Namun, di sisi lain, untuk memperbaiki proses hukum, publik kerap tidak memerhatikan proses hukum yang benar itu sendiri.

Proses hukum yang benar haruslah berdasarkan pada bukti-bukti yang kuat dan penyelidikan yang terbuka. Pada banyak kasus, kita tentu akan protes bila tersangka yang tidak terbukti secara sah dan meyakinkan, atau dengan tuntutan serta bukti yang lemah, diganjar dengan hukuman berat. 

Di sisi lain, kita tidak peduli bila figur tertentu yang juga dituntut dengan bukti-bukti yang lemah serta pengusutan yang berada di dalam keremangan diberikan hukuman yang juga berat serta tidak adil. Ini karena kita lebih percaya pada asumsi serta praduga.

Ironi inilah yang membuat proses hukum negara ini masih belum bisa menjadi baik. Karena, kita juga menyumbang atas kesalahan-kesalahan tersebut.

Pada kasus Jessica Wongso inilah saya melihat cermin penegakan hukum di Indonesia serta ironinya. Sekali lagi, terlepas dari apakah Jessica Wongso bersalah atau tidak, harusnya ini melalui sebuah proses hukum yang benar dan sesuai, bukannya pada seberapa besar perhatian masyarakat. Karena tidak peduli seberapa besar netizen memberikan dukungan, salah adalah salah, dan benar adalah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun