Debat Presiden menjadi momentum yang ditunggu oleh masyarakat seantero Indonesia. Semua menantikan momen yang bersejarah untuk perubahan bangsa tersebut. Forum terhormat yang di gelar secara spektakuler oleh KPU Pusat pada tanggal 17 Januari 2019, memberikan kesan dengan berbagai macam variasinya.
Berbagai model tanggapan masyarakat terkait hal tersebut,  seperti ungkap bu Maryam (samaran) pedagang nasi Pecel "kalau saya debat itu tidak penting, yang penting setelah menjadi Presiden bisa mensejahterakan rakyat atau tidak", dengan gayanya yang  santai. Pendapat ini berbeda dengan Anto seorang aktivis jamaah majlis dzikir, mengatakan "debat itu penting untuk mengetahui seberapa berkualitas Presiden yang akan memimpin negara ini". Si Abang Becak, Tono pun tidak kalah ikut berpendapat "mau debat tidak debat, yang penting kita bisa makan mbak, hidup tercukupi, anak bisa sekolah"
Berbagai tanggapan muncul, mulai dari yang positif sampai negatif. Debat Presiden mulai trend dilakukan di Indonesia sejak Era Reformasi, dan saat ini Prabowo sudah terhitung dua kali bertemu dengan Joko Widodo di laga debat serupa. Menegangkan bagi sebagian orang, tidak menegangkan bagi sebagian yang lain.
Sebenarnya dalam pesta demokrasi, ajang debat merupakan salah satu ajang promosi, sosialisasi, dan kampanye untuk menarik massa. Lembaga survey pun berlomba-lomba melakukan survey pasca debat dilaksanakan. Politik tebar pesona juga mulai terlihat. Tebar pesona bagi mereka yang menginginkan diangkat menjadi pejabat penting di istana. Namun, catatan terpenting, debat tak akan pernah ada artinya, jika komitmen kebangsaan para calon Capres dan Cawapres hanya sekedar janji palsu. Dosa sejarah akan terus berulang, roda kepemimpinanpun akan terus timpang. Semua lapisan masyarakat memiliki harapan yang sama pada Presiden mendatang...kesejahteraan, kedamaian dan keamanan serta kenyamanan. Masyarakat tidak "muluk-muluk"Â menuntut Capres Cawapres dengan beribu-ribu janji atau bahkan berjuta-juta janji, cukup satu "penuhilah janji-janji"
Debat bukan harga mati, namun debat hanyalah awal dari proses yang dimulai.
Semoga debat kedua lebih bisa untuk menjawab kegalauan hati, sebab negeri ini membutuhkan pimpinan negeri yang manusiawi.
Tak perlu meributkan siapa yang akan dipilih. Pemilu damai adalah impian semua pihak. Semoga debat-debat berikutnya, lebih memberikan keyakinan hati, bahwa pemilu Indonesia 2019 memang layak untuk diikuti.