Mohon tunggu...
niken nawang sari
niken nawang sari Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga. Kadang nulis juga di www.nickenblackcat.com

Ibu Rumah Tangga yang suka jalan-jalan ke bangunan kolonial, suka menulis hal berbau sejarah, dan suka di demo 2 ekor kucing. Blog pribadi www.nickenblackcat.com

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Untaian Kenangan di Jalan Pajeksan

18 Februari 2021   00:00 Diperbarui: 18 Februari 2021   00:15 2844
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Pajeksan. Dok : yogyakarta.panduanwisata.id

Saat mendengar kata Pajeksan, apa yang ada di pikiranmu? Kalau kamu tanya ini ke orang yang sudah lama tinggal di Jogja kawasan ini bisa dikatakan agak 'serem'. Padahal kawasan ini sudah lama menghapus image 'serem' dan sekarang berdiri hotel berjejaring di jalan Pajeksan yang menurut kabar menghancurkan bangunan cagar budaya. 

Pajeksan adalah sebuah wilayah di sisi barat Malioboro. Kawasan ini letaknya di sebrang batik Terang Bulan Malioboro. Saat kaki melangkah masuk ke jalan Pajeksan biasanya kamu akan menemui toko-toko berwarna merah yang berhiaskan pernak pernik imlek. 

Toko yang dihias dengan pernak pernik imlek. Dok : Jogja tribunnews
Toko yang dihias dengan pernak pernik imlek. Dok : Jogja tribunnews
Kalau semakin ke barat lagi nanti akan bertemu dengan pasar Pathuk, surganya bakpia bagi pelancong yang ingin membeli oleh-oleh khas Jogja tersebut. 

Pernah ngekos di kawasan multi etnis bernama Kampung Pajeksan ternyata memberikan untaian kenangan yang tak mungkin ku lupakan. 

Menginjakkan Kaki di  Pajeksan, Pertengahan 2009

"opo? Kowe ngekos nang Pajeksan? ", tanya seorang teman terkejut. (Apa, kamu ngekos di Pajeksan?) 

" lha piye to?", aku balik bertanya karena terkejut. (kenapa emang?) 

" Lha kono kan biyen nggon dodolan ciu, wis rahasia umum, serem lah", jawabnya sambil mengernyitkan alis. (loh disana kan dulu tempat jual miras lokal, udah rahasia umum, serem) 

" Ah mosok sih? Luweh ah wong kos e wis tak bayar! ", tandasku sambil mengangkat bahu. (Ah masa sih? Biarin lah, kan kosnya udah aku bayar) 

Cari kos-kosan untuk pekerja di kawasam Malioboro itu bisa dikatakan gampang-gampang susah. Pertama kali diterima kerja, aku langsung cari kos-kosan. Tapi melihat letak kos teman yang masuk gang berkelok-kelok seperti labirin di belakang batik Terang Bulan malah bikin pusing. 

Aku tuh pelupa, jadi kalo mau ngekos cari tempat yang jalannya tidak terlalu masuk ke dalam gang. Takut lupa aja sama tempat kosnya. 

Waktu itu hanya berbekal keberanian untuk bertanya ke orang-orang yang ditemui, akhirnya aku dapat kos di Kampung Pajeksan. Tempatnya tidak terlalu menjorok di dalam gang dan jalan sekitarnya mudah dihafalin. Kos-kosan berlantai dua yang didominasi warna putih bergaris biru menjadi pilihanku untuk tinggal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun