Mohon tunggu...
Nihayatu Saadah
Nihayatu Saadah Mohon Tunggu... Penulis - A life-long learner

Trying to be active in Kompasiana^^ [IG:fforcess]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ketika Keahlian Bukan Perkara Bakat, Disitulah Habit Bertindak, Simak 3 Aturannya!

5 Februari 2021   09:29 Diperbarui: 5 Februari 2021   09:55 989
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Leave the old habits and build the new habits (Freepik.com)

Kamu pernah nggk suatu hari bertanya-tanya pada dirimu sendiri, sebenarnya bakat kamu itu apa? Kamu berpikir seharusnya setiap orang itu memiliki bidang keahlian yang dibawa sejak lahir yang kemudian dapat diasah dari waktu ke waktu untuk menjadi dasar pengembangan karir yang lebih baik.

Pertanyaan itu muncul mungkin atas dasar kamu merasa progress hidupmu hari ini masih gini-gini aja. Kamu belum menemukan bidang tertentu yang merasa paling kamu bisa dan ingin kamu kembangkan kedepannya.

Atau, bisa juga ketika kamu melihat orang-orang hebat di luar sana yang telah sukses di bidangnya. Seperti misalnya H. Rhoma Irama yang telah sukses di karya musik Dangdut. Tere Liye dan Andrea Hirata para penulis idola yang karyanya langganan best seller. Maudy Ayunda seorang penyanyi cantik yang menjadi panutan para generasi milenial atas prestasinya di bidang pendidikan. Dan masih banyak orang-orang hebat lainnya yang mampu memunculkan pertanyaan evaluasi diri semacam ini.

Apakah kemudian pikiranmu akan menciptakan jawaban sendiri seperti ini,”Ah, mereka itu memang sudah ditakdirkan sukses dan terkenal. Apalagi ditambah dengan karunia kecantikan wajah dan  kesempurnaan fisik. Jelas saja mereka akan semakin terdukung karirnya.”

Atau begini, “Rasanya tidak adil ya. Anak-anak orang kaya sih enak. Mereka bisa mendapat fasilitas memadahi dari orang tuanya untuk mengembangkan bakat melalui pendidikan setinggi-tinginya. Mereka kan tidak pernah kepikiran dengan hal-hal lain yang menyulitkan pemenuhan kebutuhan hidup, jadi tidak heran kalau mereka cepat sukses.”

Atau kalau enggak mungkin begini, “Ya jelas itu Kevin Aprilio bisa jadi pianis terkenal. Wong Bapaknya saja seorang musisi  kondang yang punya jam terbang tinggi. Otomatis kemampuan yang dimilikinya itu turunan dari Bapaknya. Lalu Ia mendapat didikan langsung dari ahlinya ditambah fasilitas pembelajaran yang memadahi. ” Kemudian pikiran kita akan makin jauh menerawang ke anak-anak artis lainnya yang juga ikut sukses mengikuti jejak karir orang tuanya.

Atau kamu punya jalan pemikiran yang lainnya? Oke boleh-boleh nanti bisa dituliskan di kolom komentar.

Ciyye lanjut mikir. Hehehe.

Tapi, apapun itu bentuk pemikiranmu, selamat ya, menurutku itu sudah lumayan. Setidaknya kamu dan aku, KITA pernah memiliki pemikiran seperti ini dalam rangka menemukan jawaban atas pertanyaan kita diawal tadi. Itu artinya kita sedang peduli dengan pengembangan kualitas diri kita yang mau dibawa kemana. Harapannya, setelah kita berpikir, kita bisa langsung menindaklanjutinya dengan beberapa tindakan  pengembangan diri yang nyata.

Jadi menurutmu, darimanakah kesuksesan seseorang itu datang? Apa benar dari takdir? ataukah bakat dari lahir? Ataukah karena memiliki orang tua kaya? Ataukah ada yang berpikir sukses itu mahal sehingga perlu ada usaha lebih yang harus dilakukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun