Mohon tunggu...
Prapti Purwa
Prapti Purwa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sumber Energi Baru, Harta Karun yang Perlu Dilirik

6 Oktober 2017   15:16 Diperbarui: 6 Oktober 2017   15:36 1424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: pixabay
sumber: pixabay
Usaha mereka sungguh kreatif, berani menentang arus, ramah lingkungan, sehingga layak diapresiasi. Para peternak sekaligus petani itu, memanfaatkan kotoran sapi yang selama ini hanya dianggap limbah dan dijauhi menjadi "sesuatu". Kotoran sapi bak harta karun, disulap menjadi bahan bakar pengganti elpiji untuk memasak dan sisanya diolah menjadi pupuk cair organik bagi lahan pertanian mereka.

Tiap hari kotoran sapi "dipanen", disiram air, lalu ditampung dalam biodigester, sebuah wadah dari batu bata dan semen yang ditanam di dekat kandang. Fungsi utama dari biodigester adalah menghasilkan gas yang kemudian dialirkan ke dapur rumah warga lewat pipa. Nyala api yang dihasilkan pun biru dan stabil, cukup untuk pemakaian sehari-hari sehingga mereka tak perlu lagi repot mengantri gas.

Warga desa yang memiliki sapi kini telah bebas dari krisis energi. Mereka tak lagi bergantung pada bahan bakar elpiji untuk memasak. Biogas dari limbah kotoran sapi telah menyelamatkan mereka. Kotoran sapi yang dialirkan ke biodigester mampu menghasilkan gas untuk menyalakan tungku di dapur mereka. Mereka dapat memasak dengan leluasa tanpa khawatir kehabisan stok elpiji.  

Walaupun hasil biogas baru dinikmati oleh pemilik sapi dan biodigester, namun penduduk di lereng Merapi itu bereksperimen lebih jauh lagi. Mereka mencoba melakukan "energiuntukinovasiberkelanjutan". Para petani itu membuat lompatan dengan memproduksi pupuk organik sendiri untuk tanaman di lahan pertanian mereka. Jadi, kini mereka tak lagi membeli pupuk kimia, yang selain mahal harganya juga mencemari lingkungan.

Melalui pendampingan sebuah yayasan, mereka membuat pupuk cair organik dari sisa limbah tersebut. Berkat air yang disiramkan ke kotoran sapi, kotoran encer tak mengendap dalam biodigester, tapi mengalir ke sebuah kolam penampungan.

Air tersebut kemudian ditampung ke dalam drum-drum atau wadah penampungan, dicampur dengan molase tebu dan difermentasikan selama seminggu, baru menjadi pupuk organik siap pakai. Bioslurry, namanya. Dengan pemakaian bioslurry, petani dapat menghemat pengeluaran karena tak perlu membeli pupuk lagi.

dokumen edit pribadi
dokumen edit pribadi
Sejauh ini pupuk bioslurry efektif untuk meyuburkan dan meningkatkan produktivitas tanaman. Peningkatan produktivitas tanaman akan berdampak positif pada pendapatan petani. Ujungnya, kesejahteraan petani pun akan meningkat karena tidak terbebani dengan ongkos produksi yang tinggi. Pupuk ini juga ramah lingkungan karena terbuat dari bahan alami dan tidak merusak lingkungan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berkat pengolahan kotoran sapi yang efektif dan tepat guna, dapat mengikis ketergantungan pada energi fosil, menumbuhkan kemandirian, tidak mencemari lingkungan, dan merangsang kreativitas untuk terus berinovasi.

Memang pada awalnya  penerapan sumber energi baru dan terbarukan membutuhkan biaya yang tidak sedikit, namun hal itu sebanding dengan hasil yang diperoleh. Semoga langkah mereka ini dapat membuka wawasan dan menginspirasi kita tentang potensi sumber energi baru dan terbarukan di sekitar kita. Sudah saatnya potensi itu dilirik agar tidak terbuang percuma.     

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun