Mohon tunggu...
nidaulhaq rabbani
nidaulhaq rabbani Mohon Tunggu... pelajar

berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Pemanfaatan Daerah Lumpur Lapindo Sidoarjo sebagai Objek Wisata Alam di Sidoarjo

17 Maret 2023   20:21 Diperbarui: 17 Maret 2023   20:24 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah (UU No. 10 tahun 2009 tentang  Kepariwisataan). Sektor pariwisata mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, standar hidup, dan aktivasi sektor produksi lainnya. Sebuah kota dapat memperoleh keuntungan besar dari pertumbuhan pariwisata di tingkat ekonomi, sosial, dan budaya.

Namun, jika pengembangannya tidak direncanakan dan dikendalikan secara efektif, maka akan menimbulkan sejumlah masalah yang akan menyulitkan masyarakat atau bahkan membahayakan. Sebelum pengembangan pariwisata dapat dilakukan, investigasi menyeluruh harus dilakukan, khususnya dengan meneliti semua sumber daya pendukung. Hal ini bertujuan untuk memastikan pengembangan sektor pariwisata yang tepat dan berkelanjutan, yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan mengurangi potensi dampak negatif.

Lumpur Lapindo yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo yang masih merupakan bagian Delta Brantas adalah lumpur yang keluar dari semburan yang berasal dari akibat kebocoran pengeboran gas bumi dan aliran-aliran kecil patahan batuan, yang terdapat di sekitar lokasi pengeboran. Sebuah operasi pengeboran sumur minyak dilakukan oleh Lapindo, PT Lapindo Brantas Inc. di Banjar Panji Porong Sidoarjo (Maya 2009:1). Di daerah yang padat penduduknya, lumpur mendidih mulai menyembur dari dalam tanah pada tanggal 29 Mei 2006. 

Aliran lumpur pertama bergerak dengan kecepatan sekitar 5.000 meter per hari, dengan cepat menelan daerah pemukiman penduduk desa. (Crisila 2011 : 2). Kabupaten Sidoarjo merupakan kandidat utama untuk dikelola sebagai tujuan wisata dan dapat dikembangkan dan dipromosikan. Lumpur Lapindo Sidoarjo adalah salah satu tempat wisata terbaru di kota ini. Warga Sidoarjo awalnya menderita karena bencana alam, namun seiring berjalannya waktu, penduduk setempat dan pemerintah di sana mulai menapaki industri pariwisata dan membangun potensi wisata baru.

Lumpur Lapindo yang terjadi di Kabupaten Sidoarjo yang masih merupakan bagian Delta Brantas adalah lumpur yang keluar dari semburan yang berasal dari akibat kebocoran pengeboran gas bumi dan aliran-aliran kecil patahan batuan, yang terdapat di sekitar lokasi pengeboran. Sebuah operasi pengeboran sumur minyak dilakukan oleh Lapindo, PT Lapindo Brantas Inc. di Banjar Panji Porong Sidoarjo (Maya 2009:1). Di daerah yang padat penduduknya, lumpur mendidih mulai menyembur dari dalam tanah pada tanggal 29 Mei 2006. 

Aliran lumpur pertama bergerak dengan kecepatan sekitar 5.000 meter per hari, dengan cepat menelan daerah pemukiman penduduk desa. (Crisila 2011 : 2). Kabupaten Sidoarjo merupakan kandidat utama untuk dikelola sebagai tujuan wisata dan dapat dikembangkan dan dipromosikan. Lumpur Lapindo Sidoarjo adalah salah satu tempat wisata terbaru di kota ini. Warga Sidoarjo awalnya menderita karena bencana alam, namun seiring berjalannya waktu, penduduk setempat dan pemerintah di sana mulai menapaki industri pariwisata dan membangun potensi wisata baru.

 Pada gambar di atas terlihat bahwa peta lokasi yang ditandai dengan warna biru merupakan sejumalah daerah yang digenangi dengan lumpur hingga saat ini.

Upaya Pemanfaatan Lumpur Sidoarjo Sebagai Objek Wisata Alam Di Sidoarjo


1.Kabupaten Sidoarjo

Di provinsi Jawa Timur, Indonesia, Kabupaten Sidoarjo adalah sebuah kabupaten. Kabupaten ini berbatasan dengan Surabaya dan Gresik di sebelah utara, Pasuruan di sebelah selatan, Mojokerto di sebelah barat, dan Selat Madura di sebelah timur. Dengan luas wilayah hanya 634,89 km2, Kabupaten Sidoarjo merupakan kabupaten terkecil di Jawa Timur. Pada tahun 2008, Sidoarjo memiliki 1.801.187 penduduk, menjadikannya kabupaten terpadat di Jawa Timur. Setiap kilometer persegi memiliki populasi rata-rata 2.522 jiwa.Kabupaten ini juga memiliki PDB terendah di Indonesia, yaitu Rp 44,159 milyar pada tahun 2008. 

Sektor industri menyumbang 47,5% dari PDB, diikuti oleh perdagangan (27,14%), transportasi (10,02%), dan jasa (5,23%). Selain itu, hanya 60 hingga 70 persen dari populasi Sidoarjo yang telah menyelesaikan sekolah menengah. Hanya 25% orang yang telah menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, dan sebagian kecil yang telah menyelesaikan gelar sarjana. 

Menurut survei statistik terbaru pemerintah kabupaten, dari semua industri yang beroperasi di kabupaten Sidoarjo, 361 industri berskala besar (memiliki 100 karyawan atau lebih), 3.718 industri berskala menengah (memiliki 20 hingga 99 karyawan), 8.433 industri berskala kecil (memiliki 15 hingga 19 karyawan), dan sejumlah besar lainnya merupakan bisnis rumah tangga dengan 1 hingga 4 karyawan. Meskipun Sidoarjo adalah rumah bagi beberapa bisnis berteknologi tinggi, seperti sektor elektronik, sebagian besar bisnis di wilayah ini bergerak di sektor pengolahan makanan, memproduksi barang-barang seperti kerupuk udang, sepatu, tempe, barang-barang dari kulit, dan kerajinan tangan.

2. Bencan Lumpur Lapindo dan Ganti Rugi


Teknisi pengeboran di sumur eksplorasi gas Banjarpanji melaporkan adanya getaran di bawah permukaan yang parah pada tanggal 27 Mei, bersamaan dengan terjadinya gempa bumi yang melanda Yogyakarta, yang berjarak 250 kilometer. Ini terjadi dua hari sebelum semburan Lumpur Lapindo di Sidoarjo. Para teknisi kemudian menemukan penurunan tekanan yang signifikan secara tiba-tiba di dalam sumur, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya bencana bawah permukaan yang sangat besar di sekitarnya. 

Kemudian, untuk melindungi sumur tersebut, para teknisi Lapindo menghentikan pengeboran dan mengikuti prosedur operasi rutin. Meskipun tidak disadari pada saat itu, kejadian ini merupakan pertanda bahwa gunung berapi Lumpur Lapindo Sidoarjo yang berjarak 300 meter dari sumur eksplorasi akan meletus dua hari kemudian. Sejak saat itu, para ahli geologi mengaitkan perubahan mendadak pada formasi geologi di daerah tersebut dengan pergeseran lempeng tektonik. 

Pecahnya dua saluran bawah tanah yang telah lama terbentuk, yang memungkinkan lumpur vulkanik merembes ke permukaan dan mulai memuntahkan material dari dalam ke permukaan daerah tersebut, merupakan salah satu dampak dari perubahan geologi ini, menurut para ahli geologi. Ketika semburan lumpur panas muncul entah dari mana di lapangan di sebelah lokasi pengeboran, para ahli pengeboran dari sumur Banjarpanji tidak dapat menentukan penyebab bencana tersebut. 

Para teknisi segera menghubungi perwakilan Lapindo Brantas yang berbasis di Surabaya dan kantor pusatnya di Jakarta. Jumlah material lumpur yang keluar dari dalam tanah terus meningkat, dan dalam waktu singkat, lumpur tersebut telah menutupi sebagian besar wilayah di sekitarnya, termasuk pemukiman penduduk, meskipun tidak ada pendapat yang pasti mengenai kejadian yang disaksikan oleh para petugas. 

Penduduk setempat mulai merasa takut pada saat itu, dan pemerintah kecamatan meminta bantuan Lapindo Brantas.pejabat-pejabat eksekutif Bakrie dengan berkonsultasi pada badan otoritas migas Pemerintah, BPMIGAS, mulai menyelidiki sumber letusan lumpur dan mencari cara untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.

Penanggulangan Jangka Panjang


Akibat meluasnya semburan lumpur dan kerusakan yang parah pada tanah dan infrastruktur milik masyarakat, lebih dari 7.000 warga harus dievakuasi. Manajemen Lapindo Brantas dan Bakrie memutuskan untuk memperluas komitmen mereka dengan memperkenalkan paket bantuan keuangan jangka panjang yang komprehensif setelah berkonsultasi dengan pemerintah. Wakil Presiden Republik Indonesia menyatakan komitmen ini dan menyatakan bahwa Bakrie "harus diakui sebagai pelopor, perusahaan nasional yang memberikan contoh positif bagi kita semua." 

Beberapa pihak mendiskusikan penyebab bencana pada hari-hari awal. Para peneliti internasional bergegas ke Sidoarjo untuk mempelajari fenomena tersebut. Ada ketidakpastian yang cukup besar pada saat itu mengenai apakah lokasi pengeboran yang berjarak 200 meter dari lokasi tragedi merupakan penyebabnya.

Para eksekutif Lapindo Brantas dan Bakrie bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan bantuan keuangan dan layanan kepada para korban, meskipun pada saat itu asal muasal semburan lumpur belum diketahui. Mereka juga mengerahkan staf dan tenaga profesional untuk mencari jawaban atas bencana yang terus berkembang. Lapindo Brantas mengambil alih manajemen berikut ini pada saat itu.


a.Masalah sosial di wilayah yang terkena dampak bencana.
b.Membeli tanah dan bangunan dari daerah yang terkena dampak bencana.
c.Menawarkan bantuan keuangan kepada para petani yang lahannya terkena dampak lumpur panas.
d.Dukungan finansial bagi petani yang sawahnya digunakan untuk menyimpan lumpur panas.
e.Kompensasi untuk karyawan yang dirumahkan oleh pabrik yang terkena dampak bencana.
f.Pembiayaan usaha kecil.
g.Bantuan untuk relokasi agar pabrik dapat mulai beroperasi.
h.Pendanaan bantuan bencana untuk rumah.
i.Infrastruktur dan layanan publik ditawarkan di tempat penampungan.
j.Fasilitas dan layanan untuk kesehatan penduduk yang direlokasi.
k.Pembayaran asuransi jiwa dan bantuan untuk daerah yang terkena dampak bencana.
l.Pengawasan gas berbahaya (H2S dan hidrokarbon).
m.Memberikan dukungan keamanan kepada mereka yang membangun barikade dan mengoperasikan sumur bantuan.

Kendala yang dihadapi dalam pengembangan objek wisata Lumpur Sidoarjo


Kementerian Pariwisata harus menghadapi sejumlah kesulitan dan rintangan. Kementerian Pariwisata telah mengidentifikasi beberapa kesulitan dan rintangan berikut dalam pertumbuhan pariwisata Indonesia. Tidak adanya toilet di tempat tujuan wisata, jauhnya jarak antar objek wisata, kelangkaan pemandu wisata yang menguasai bahasa selain bahasa Inggris, tidak meratanya distribusi Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata di seluruh provinsi di Indonesia, tidak adanya konektivitas, layanan dasar dan infrastruktur untuk melayani wisatawan, higienitas dan sanitasi, terjadinya bencana alam yang memaksa penutupan perlintasan batas negara Indonesia, (Prodjo, 2016).

Berdasarkan pengakuan Menteri Pariwisata, dapat ditarik kesimpulan bahwa kendala yang dihadapi  oleh hampir seluruh objek wisata di Indonesia adalah sama. Begitu juga dengan wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo, di lokasi wisata kurangnya pelayanan yang memadai, baik dari segi pelayanan dasar maupun infrastruktur.

Seperti halnya, hanya ada ojek motor dengan biaya tinggi untuk sekali sewa, serta keterbatasan infrastruktur, pada kawasan wisata ini hanya tersedia tangga kecil yang terbuat dari papan kayu, seperti pada gambar. Sedangkan dari segi kebersihan dan kesehatan, wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo tidak ditemukan adanya kamar kecil, jadi pengunjung akan kesulitan jika mereka membutuhkannya.

Dampak terhadap masyarakat sekitar dengan adanya objek wisata Lumpur Sidoarjo


Bukan kesalahan manusia, tetapi kesalahan pengeboran yang menyebabkan semburan lumpur Lapindo. Dia memproyeksikan bahwa semburan akan berlangsung dalam waktu yang sangat lama, mungkin antara 26 dan 30 tahun. “Semburan akan terus berlanjut” menurut Richard Davis, Inggris.

Lumpur Lapindo Sidoarjo yang awalnya berdampak negatif bagi warga sekitar, karena kerugian yang sangat besar. Selain itu, Lumpur Lapindo Sidoarjo  juga terdapat hal positif yang dapat dimanfaatkan oleh korban bencana dan warga sekitar. Dampak positif bagi warga porong dari adanya bencana Lumpur Lapindo Sidoarjo ialah banyak masyarakat berdatangan yang ingin berkunjung dan menyaksikan Lumpur Lapindo Sidoarjo sehingga oleh warga Porong dijadikan tempat “Wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo” dan oleh warga Porong dapat dijadikan sumber penghasilan mereka.

Setiap pengunjung yang ingin medekekat untuk melihat atau berfoto di kawasan Lumpur Lapindo Sidoarjo, terkena beberapa pungutan biaya, diantaranya adalah biaya parkir kendaraan dan masuk ke lokasi sebesar Rp15.000/kendaraan. Jika pengunjung ingin menggunakan jasa ojek untuk melihat pusat semburan yang berada di tengah kawasan dikenakan biaya sebesar Rp25.000/orang.  Uang keamanan menuju pusat semburan sebesar Rp5.000/kendaraan yang masuk . Sehingga total perkiraan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pengunjung “Wisata Lumpur Lapindo Sidoarjo” sebesar Rp.45.000.

Kota Sidoarjo yang awalnya dikenal dengan sebutan “Kota Udang”, kini dengan adanya Lumpur Lapindo yang telah menjadi lautan membuat kota Sidoarjo kini juga dikenal dengan sebutan “Kota Lumpur”. Lumpur Lapindo menjadi menjadi daya tarik utama bagi masyarakat untuk datang dan berkunjung menyasikan secara dekat. Para pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari dalam provinsi Jawa Timur, namun juga banyak yang berasal dari luar Jawa Timur.

Pengunjung yang berdatangan bukan hanya dari kalangan orang dewasa, namun juga dari kalangan anak kecil. Sehingga warga yang menjaga tempat wisata Lumpur Lapindo memberikan batasan waktu untuk berkunjung. Penjaga hanya memperbolehkan pengunjung masuk dan menyaksikan Lumpur Lapindo secara dekat hanya pada waktu pagi dan sore hari sebelum matahari terbenam. Batasan waktu tersebut diberikan untuk mencegah hal-hal buruk terjadi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun