Mohon tunggu...
Nida Nur Fadillah
Nida Nur Fadillah Mohon Tunggu... Penulis

Menulis artikel, puisi, cerpen, dan sastra anak. Tulisannya tersiar di pelbagai media cetak dan daring. Instagram @nidanurfadillah.writer

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Capek-capek Kuliah S2, Udah Lulus Masih Aja Ditanya "Udah Kerja Belum?"

19 September 2025   16:15 Diperbarui: 19 September 2025   16:11 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pinterest)

Ditulis oleh : Nida Nur Fadillah

Hidup ini rasanya kayak game. Udah tamat level satu, bukannya dapat piala, malah langsung dilempar ke level dua yang lebih ribet. Dulu, waktu S1, saya sudah kenyang dengan pertanyaan “Kapan lulus?”. Begitu wisuda, pertanyaan naik level jadi “Udah kerja belum?”. Sekarang, setelah jungkir balik menyelesaikan S2, berharap mendapat standing ovation, eh… pertanyaannya balik lagi ke “Udah kerja belum?”. Kayak radio butut yang diulang-ulang.

Nggak tahu sih ya, saya itu bukan tipe mahasiswa yang nunggu rezeki jatuh dari langit. Dari zaman S1 aja udah sambil kerja. Nggak glamor sih, tapi lumayan buat nambah-nambah beli buku, kuota, dan ayam geprek—yang kalau dihitung-hitung, totalnya bisa buat beli laptop tiap satu semester. Jadi ketika orang nanya “Udah kerja belum?” seolah-olah saya ini pengangguran akut, rasanya… ya gimana gitu. Padahal kadang yang nanya juga lagi nganggur terselubung.

S1: Kuliah Plus Bonus Lembur Kehidupan

Saya kuliah dengan sistem reguler di kampus negeri, full tatap muka di jam kerja. Apakah senang? Tentu. Apalagi dapat beasiswa, karena ada perjanjian dengan orang tua: kalau mau kuliah, harus masuk negeri dan dapat beasiswa. Bebannya? Jangan tanya. Dari awal masuk kuliah, jadwal saya sudah padat bukan main. Pagi sampai siang seringnya di kampus, lanjut mengajar di Sekolah dan Bimbel sampai malam. Untungnya pekerjaan ini bisa fleksibel, menyesuaikan waktu kuliah saya yang suka berubah-ubah.

Selain itu, saya rajin mengajukan tulisan ke berbagai media. Ya, hitung-hitung melatih lupa, karena kalau terbit kan lumayan fee-nya. Libur kuliah? Jangan harap. Ada saja yang harus saya kerjakan. Saya bahkan pernah coba kerja di sebuah media keren dekat kampus, tapi berakhir dengan tipes berkepanjangan. Sejak itu, lebih memilih jalur yang sedikit lebih aman, meski tetap sibuk.

S2: Level Baru, Pertanyaannya Sama

Setelah lulus S1, saya rehat sebentar, lalu lanjut S2 di Universitas yang sama. Kali ini, beruntung orang tua bisa membiayai. Tapi, ya, tetap ada kesibukan sampingan. Dan seperti déjà vu, selama kuliah S2 pun, pertanyaan “Udah kerja belum?” seperti air bah. Awalnya saya pikir cuman basa-basi. Lama-lama, kok nadanya kayak sidang kelayakan hidup. Padahal, walau perkuliahan S2-nya reguler, padat. Saya yang Gen Z ini juga sambil mengumpulkan isi dompet. Lagian, yang kuliah siapa, eh ko situ yang repot.

Cringe dan Capek
Rasanya agak gimana ya, kalau ditanya-tanya terus. Apalagi kalau yang bertanya itu tahu saya sudah lama berkegiatan produktif. Kini saya sudah lulus S2. Adapun di kepala mereka, “kerja” apalagi bagi lulusan S2, harus langsung bergengsi: dosen PNS, staf kementerian, atau minimal pegawai tetap dengan gaji puluhan juta yang bisa dipamerkan di grup keluarga. Lah, gimana mau PNS? Saya aja baru nerima ijazah S2 dua bulan lalu, dan tahun ini formasi CPNS Dosen kan nggak dibuka.

Rasanya pengen jawab, “Udah kerja ko sejak jadi maba S1” Atau kalau lagi ingin nyolot, “Udah kerja kok, dari lahir malah.” Tapi mau dijelaskan bagaimana pun, tetap dianggap pengangguran. Hmm kalau mau memuaskan semua orang, kayaknya memang harus kerja di depan muka mereka, terus minjemin duit, eh. Itu kan sebenarnya yang mereka mau?

Kenapa Mereka Nggak Pernah Puas?
Masalahnya, pertanyaan itu jarang berhenti di situ. Kalau saya jawab sudah, lanjutannya: “Kerja di mana?” Sambil menatap penuh intimidasi, seolah selama ini ikut bayarin hidup.

Ada momen saya mikir, kalau saya jawab “Saya lagi ikut seleksi menteri” mungkin mereka bakal diam. Atau malah lanjut, “Oh, tapi nggak langsung jadi kan? Hahaha.”

Kerja Versi Saya, Hidup Versi Saya

Akhirnya saya paham, nggak semua hal perlu dijelaskan. Hidup ini bukan soal memenuhi checklist ekspektasi orang lain.
Jadi kalau nanti ada yang tanya lagi “Udah kerja belum?”, saya akan jawab dengan senyum dan bilang:

“Udah, kerja mikirin hidup saya sendiri.”

Atau, “Ih kepo kali kau.”

Karena kalau semua harus dijelaskan sampai tuntas, apa untungnya bagi saya? Mereka hanya ingin mendengar apa yang mau mereka dengar. Apalagi diam-diam, sebetulnya mereka bukan menaruh ekspektasi, tapi mau tahu proses yang sedang saya jalani. Dan mungkin sedang bersiasat untuk menjegal suatu saat nanti. Toh, kalau lihat saya punya pencapaian, nggak pernah ikut senang. Ujung-ujungnya malah maksa, membandingkan dengan anaknya. Alamak.
Subang, 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun