Mohon tunggu...
Nida Qonitah
Nida Qonitah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Siswi

There are 3 C's in Life :CHOICE, CHANCE, CHANGE. You must make the CHOICE to take the CHANCE, if you want anything in life to CHANGE. Change your day successfully.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teman di Setiap Senja

17 Februari 2020   18:55 Diperbarui: 17 Februari 2020   19:17 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Namaku Nita. Aku adalah seorang pelajar di salah satu SMA Negeri di kota ini. Orang yang pertama kali melihatku pasti akan beranggapan bahwa aku adalah sosok yang sangat jutek dan sombong. Mungkin anggapan itu timbul karena memang ekspresi wajahku yang selalu terlihat datar saat sedang tidak diajak bicara. Tapi anggapan itu justru sangat bertentangan dengan anggapan sahabatku.
"Kamu adalah orang gila yang mungkin urat malunya sudah putus."

Begitulah pandangan Tania terhadapku selama ini. Dia kunobatkan sebagai sahabatku sejak aku bertemu dengannya saat kelas 3 SD. Dia baik, sangat baik, hanya saja terkadang sedikit menyebalkan saat keinginannya harus ku kabulkan. Aku suka senyumnya, sangat manis. Dan yang paling aku suka adalah ketika dia meminjamkanku uang saat aku sedang tak punya uang. Sekarang aku dan dia tidak lagi satu sekolah. Dia sekolah dia SMK sedangkan aku sekolah di SMA. Walaupun kami tak lagi satu sekolah, tetapi kami masih sering bermain terutama saat libur sekolah dan kami tentu harus selalu berkomunikasi. Pagi, siang, sore, malam. Mulai dari bangun tidur hingga pamit untuk pergi tidur. Apapun yang terjadi padaku, selalu ku ceritakan padanya, begitupun dia. Mulai dari nilai ulangan yang sedikit tidak memuaskan hingga perasaan yang sedang ku rasakan pada seseorang pun selalu ku ceritakan.

"Dia ganteng, aku suka dia, tapi katanya dia kadal ya Mel?" ucapku pada Amel saat menonton Rhino yang sedang bernyanyi sambil memetik gitarnya di atas panggung pada acara peringatan Hari R.A Kartini.
"Iya dia ganteng, senyumnya manis, suaranya juga sebenarnya lumayan enak didengar. Cuma kadang suaranya ga dilantangin." jawab Amel. Hari ini aku sangat suka melihatnya, aku dibuat tersenyum oleh alunan suara dan petikan gitarnya. Aku ingin sekali menjadi miliknya atau memilikinya, tapi aku tak mau nasibku berakhir sama seperti perempuan-perempuan lain yang pernah menjadi korban 'kekadalannya'. Akhirnya akupun memutuskan untuk mencari tahu sikapnya dari sudut pandangku.

Di pagi buta dalam lembaran hari yang baru, aku sudah berada di sekolah, tepatnya di dalam kelasku. Ruang kelasku yang bersebelahan dengan kelas Rhino, membuatku teringat akan indah parasnya pada hari lalu. Penanda itu berbunyi, bel sekolah yang dinanti-nanti akhirnya mengakhiri pelajaran hari ini. Aku bergegas menuju kelas 11 MIPA 3 untuk menemui Amel karena aku ingin ikut pulang bersamanya.
"Ada Amel?" tanyaku pada teman sekelasnya.
"Ada, masuk aja." jawab salah seorang temannya. Saat ku tengok, ternyata dia sedang berdiskusi.
"Lagi apa Mel?" tanyaku.
"Lagi ngerjain tugas fisika, disuruh bikin roket air, kamu udah?" ucap Amel.
"Belum." jawabku.
"Anter aku cari botol bekas ukuran 1 liter yuk." ajaknya.
"Yuk, sambil hujan-hujanan." jawabku dengan semangat.

Diatas motor dan dibawah derasnya rintik hujan, aku bahagia, aku memang sangat menyukai hujan.
"Itu Mel, kayanya di warung itu ada botol bekas." ucapku spontan.
Motorpun berhenti tepat di depan warung yang ku maksud dan akupun meminta izin kepada pemilik warung untuk meminta botol itu. Setelah kudapatkan botolnya, kami bergegas kembali ke sekolah dalam keadaan basah kuyup. Aku terdiam dikelasku, menunggu Amel yang sedang mengerjakan tugas di kelasnya sembari menunggu hujan reda. Tak lama, Amel datang dan mengajakku pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 WIB. Rintik hujan masih senantiasa mengiringi langkah kaki kami.. belum sempat kami keluar dari gerbang sekolah, terlihat Rhino sedang berjalan menyusuri lorong sekolah.

"Mel tunggu!" teriak nya. Motorpun berhenti.
"Kenapa belum pulang?" tanya Amel saat Rhino sudah tepat berada di samping motor.
"Habis kumpul OSIS. Aku nebeng dong, soalnya aku ga bawa motor." Ucapnya.
" What tartil (bonceng tiga)?" teriakku spontan.
"Biarin atuh, orang cuma sampe gerbang perum nya doang." jawab Rhino.
"Hem ya udah." ucapku sambil menghela napas.

Diapun mulai menaiki motor dan otomatis duduk dibelakangku. Sebenarnya aku tak keberatan, senang malah karena satu motor dengan orang yang aku suka, tapi jujur aku malu jika harus naik motor bertiga apalagi dia adalah seorang laki-laki. Motorpun mulai melaju dan tak terasa kami sudah sampai di gerbang sebuah perumahan.
"Udah Mel disini aja, jalannya ditutup soalnya lagi dibenerin." ucap Rhino.
Motor terhenti, dan Rhinopun turun dari motor.
"Makasih ya Mel." ucapnya sambil tersenyum. Dan aku tak bisa untuk tidak ikut  tersenyum saat melihat senyumannya.
"Eh No, nanti aku chat kamu, save back ya." ucapku menghentikan langkahnya.
"Oke." jawabnya tersenyum sambil menengokku.

Motorpun kembali melaju mengantarkan ku untuk segera sampai ke rumah karena hari semakin gelap. Lagi-lagi aku dibuatnya tersipu hingga aku sampai dirumah. Seperti yang telah aku ucapkan kepada Rhino bahwa aku akan mengirimkan pesan padanya, saat aku sudah bersantai di dalam rumah akupun mulai mengetik dan mengirimkan pesan tanda pertemananku kepada Rhino.

Hari itu menjadi awal pertemananku dengan Rhino, membuatku lambat laun mengetahui sikap aslinya sesuai dengan tujuanku di hari lalu. Dan mulai hari itu aku beranggapan bahwa dia itu bukan kadal seperti yang orang bicarakan padaku, dia hanya orang yang mudah akrab dengan orang yang baru dikenalnya.

"Kuota aku habissss... aku mau ngechat Tania atulah." Ucapku dengan wajah memelas memecahkan keheningan diruangan kelasku sepulang sekolah.
"Sok sok hotspot lah, berisik!" ucap Rhino yang tampak kesal mendengar ocehanku.
"Yeee makasih..." ucapku yang nampak senang karena ocehanku ternyata tak sia-sia.
Akupun mulai memanfaatkan hotspot yang menyala. Karena aku sudah lama tak bertemu dengan Tania, akupun memutuskan untuk memvideocall Tania.
"Ih itu siapa?" ucap Rhino saat melihat wajah Tania di layar handphoneku.
"Ya ini yang namanya Tania." jawabku.
Akhirnya handphoneku pun diambil alih oleh Rhino dan tentu saja yang mengobrol dengan Tania bukan aku. Sangat menyebalkan memang. Tapi tak apa, akan ku ikhlaskan jika itu untuk orang yang aku suka. Waktupun berlalu dan hari mulai petang.
"Pulang yu Nit." ajak Amel.
"Yuk, udah sore nih. Ayo pulang No." jawabku sambil mengajak Rhino.

Tapi Rhino menolak saat ku ajak pulang bersama, mukanya tampak murung dan sangat sedih. Diapun mulai berjalan meninggalkan kami dengan wajah yang tertunduk seperti sedang meratapi kesedihan. Dan aku yakin, kesedihannya timbul setelah dia menonton anime yang mungkin ceritanya membuat dia terharu. Lebay sekali memang orang itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun