Mohon tunggu...
Nida Fadlilah
Nida Fadlilah Mohon Tunggu... -

Penulis novel dan cerita anak se-Asia Tenggara (aamiin) ^.^\r\n\r\ncc: http://nidafadlilah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Grandma

15 Desember 2015   20:33 Diperbarui: 15 Desember 2015   20:33 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Jumat, 14 Desember 2012

Pagi-pagi sekali suasana rumah sangat mengkhawatirkan. Dari kemarin, seorang wanita yang berusia lebih dari 90 tahun itu sakit. Beliau, seseorang yang menjadi ibu kedua bagiku. Beliau mengajariku membaca lewat deretan huruf dalam kemasan kopi atau snack yang menggantung di warung. Begitu kata ibuku.

Aku akan bercerita dulu tentang masa lalu yang selalu kukenang. Kala itu, aku kelas XII SMA. Setiap pagi sebelum berangkat sekolah dan setiap senja saat pulang sekolah, aku masuk ke kamarnya untuk sekadar mencium tangannya yang telah keriput. Kemudian, berbagai doa terucaplah dari mulutnya, mengalir deras bak air di sungai ketika musim hujan. Sehari tak kurang dari dua kali, rutin.

Tak terbilang belas kasihku kepadanya. Sempat kuutarakan kepadanya bahwa setelah tamat SMA, aku berkeinginan kuat kuliah di IPB. Beliau mendoakanku, "Semoga Allah memberi yang terbaik dan memudahkan dalam menggapai cita-cita," begitulah ungkapnya.
Singkat cerita, aku pun banyak menggali informasi terkait IPB dan mengikuti berbagai sosialisasinya. Suatu ketika, aku mendapatkan permen kayu putih saat sosialisasi IPB di Pendopo Garut. Ah, permen itu cocok untuk menghangatkan badan. Nenek pasti menyukainya. Tiba di rumah, seperti biasa, aku berhambur ke kamar Nenek, mencium tanganya, dan kala itu kuberikan permen kayu putih untuknya. Beliau sangat senang, "Terima kasih, permennya enak."
-----
"Bu, kalau Teteh kuliah di IPB, insya Allah nanti bawa oleh-oleh permen kayu putih buat Nenek. Nenek sangat menyukai permennya." Aku membayangkan bahwa diriku adalah seorang mahasiswa yang pulang merantau. Ah, padahal aku baru SMA. Ibu tersenyum lalu mengaminkan harapanku.

14 Desember 2012 adalah hari yang sangat kukenang sampai detik ini. Bagaimana tidak, pada hari itu, Tuhan yang murah hati memanggil Nenek ke haribaanNya. Aku sedih. Sangat sedih! Beliau yang tak pernah luput mendoakan kebaikan untukku sehari tak kurang dari dua kali. Beliau, nenekku sekaligus ibu keduaku. Aku mencintai Nenek.

14 Desember 2015
Nek, percayakah, bahwa sekarang aku tengah berpijak di kampus yang bernama IPB itu. Aku telah dua tahun lamanya menimba ilmu di kampus rakyat ini. Nek, seandainya engkau masih ada, pastinya engkau telah mengkhawatirkan aku dan pasti menanya kabarku selalu. Dulu, saat SMA saja, jika pulang lebih dari magrib, engkau tak kalah khawatir dari Ibu. Nek, aku merindukanmu. Tiga tahun sudah engkau tenang di alam yang berbeda.

Tentang permen kayu putih itu, aku selalu mengingatnya. "Terima kasih. Permennya enak," ungkapan itu selalu melekat. Apalagi ketika aku melihat bungkus permen itu bertengger di etalase toko.

Nenek, sampai kapanpun, aku, kami, akan selalu merindumu dalam doa-doa. Engkau, ibu keduaku yang sangat berjasa.
Kisahku tentangmu ini memanglah kisah usang. Namun, entah mengapa setiap tahun ingin kutulis ulang menjadi kisah yang selalu baru.

Kota Hujan
Senin, 14 Desember 2015 17.10 WIB

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun