Mohon tunggu...
Nida Amelia
Nida Amelia Mohon Tunggu... Teknisi - mahasiswa

seorang mahasiswa teknologi kesehatan gigi universitas airlangga yang memiliki hobi menulis artikel dan explore tempat tempat di indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Era Bonus Demografi dan Tantangan Meningkatnya Penggangguran akibat Keterbatasan Lapangan Pekerjaan

21 Agustus 2023   21:06 Diperbarui: 21 Agustus 2023   21:10 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

                                                                                                                           Artikel Opini
                                                                                                                         Sosial Ekonomi
                           Era Bonus Demografi dan Tantangan Meningkatnya Pengangguran akibat Keterbatasan Lapangan Pekerjaan

Bonus demografi dapat dikatakan sebagai sumberdaya atau juga menjadi tantangan dan penghambat dalam pembangunan suatu negara. Yang dalam sejarah perkembangan suatu bangsa, bonus demografi hanya ada satu kali. Jika mampu manfaatkan maka akan tercipta jendela kesempatan untu mengakselerasi pembangunan. Namun juga sebaliknya jika tidak mampu memanfaatkan akan menjadi masalah dalam suatu negara. Berdasarkan data dari BPS di jelaskan bahwa Indonesia akan mengalami bonus demografi dalam beberapa tahun kedepan yang puncaknya pada tahun 2025. Dimana pada tahun tersebut usia angkatan kerja atau tenaga kerja kita melimpah, dan ini menjadi tantangan tersendiri dalam memanfaatkanya. (Suhandi dan Hendra Wijayanto, 2020).
Proses transisi demografi dan regenerasi peradaban yang berjalan saat ini memunculkan suatu permasalahan: bagaimana membangun generasi yang mempunyai produktivitas sebagai sumber daya manusia yang cukup tinggi. Pendukung konsep era bonus demografi sering kali menyoroti potensi "dividen demografi" yang dapat diperoleh dari populasi usia produktif yang besar. Namun, perlu diingat bahwa bonus demografi bukanlah jaminan langsung terhadap terciptanya lapangan pekerjaan yang cukup. Faktanya, keterbatasan lapangan pekerjaan telah menjadi kontra produktif menyebabkan sejumlah masalah yang tidak dapat diabaikan, yaitu semakin tinggi pendidikan semakin besar persentase lulusan yang menganggur.
Masalah pengangguran dan ketenagakerjaan sampai saat ini masih menjadi  perhatian utama disetiap negara di dunia khususnya dinegara yang sedang  berkembang. Kedua masalah tersebut merupakan satu kesatuan yang keduanya menciptakan dualisme permasalahan yang saling bertentangan antar satu dengan  yang lainnya. Dualisme tersebut terjadi jika pemerintah tidak mampu dalam memanfaatkan dan miminimalkan dampak yang diakibatkan dari dua persalahan tersebut dengan baik. Namun jika pemerintah mampu memanfaatkan kelebihan tenaga kerja yang ada maka dualisme permasalahan tidak akan terjadi bahkan memberikan dampak yang positif dalam percepatan pembangunan. Demikian sebaliknya jika pemerintah tidak mampu memanfaatkan maka akan menciptakan dampak negatif yaitu mengganggu pertumbuhan ekonomi (Sinaulan 2019).
Peningkatan angka pengangguran yang terjadi, terutama di kalangan pemuda dan lulusan baru, merupakan bukti konkret dari ketidakseimbangan antara pasokan tenaga kerja dan peluang pekerjaan yang ada. Banyak pemuda berbakat dan terdidik harus menghadapi kenyataan pahit bahwa lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka tidak tersedia. Tidak hanya itu, mereka juga berisiko mengalami pekerjaan dengan gaji rendah dan tidak sejalan dengan tingkat pendidikan mereka (Subandowo 2017). Penyebab dari minimnya lapangan pekerjaan ini sendiri bersifat kompleks. Faktor seperti ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki lulusan dengan kebutuhan pasar kerja, rendahnya daya saing industri dalam negeri, serta kurangnya investasi dalam sektor-sektor yang berpotensi menciptakan pekerjaan baru, semuanya turut berkontribusi. Mengandalkan era bonus demografi saja, tanpa langkah konkret untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, mungkin hanya akan memperdalam masalah pengangguran.
Kesimpulan
Era bonus demografi memiliki sisi yang tidak selalu sejalan. Perlunya melakukan perencanaan secara cermat agar penduduk usia produktif pada masa terjadinya bonus demografi dan transisi demografi benar-benar memiliki kualitas dan produktivitas kerja yang diinginkan. Indonesia akan mengalami puncak era bonus demografi pada 2025, tetapi dampaknya pada lapangan pekerjaan tidak pasti, dan masalah pengangguran khususnya di kalangan pemuda dan lulusan mencerminkan ketidakseimbangan antara pasokan tenaga kerja dan peluang kerja yang ada. Penyebab minimnya lapangan pekerjaan kompleks, melibatkan ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan pasar dan rendahnya daya saing industri lokal. Mengandalkan era bonus demografi saja tidak cukup, diperlukan langkah konkret untuk mengatasi masalah struktural di dunia kerja agar potensi bonus demografi benar-benar mendukung pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.
Daftar Rujukan
Sinaulan, Ryan David. 2019. “Masalah Ketenagakerjaan Di Indonesia.” Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Budaya 5(1): 55.
Subandowo, M. 2017. “Peradaban Dan Produktivitas Dalam Perspektif Bonus Demografi Serta Generasi Y Dan Z.” SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan 10(2): 191–208. www.mindamas-journals.com/index.php/sosiohumanika.
Suhandi, Hendra Wijayanto, Samsul Olde. 2020. “Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan Dan Pengangguran Di Indonesia.” Jurnal Bina Bangsa Ekonomika 13(1): 85–94.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun