Pengangkatan Tri Rismaharini menjadi Menteri Sosial RI, itu hak pilih Presiden. Satu bahan pertimbangan Jokowi, wanita kelahiran Kediri ini, secara rekam jejak, dianggap berhasil mimpin kota pahlawan Surabaya. Bahkan, ia disebut-sebut masuk tiga besar walikota terbaik di dunia.Hanya, persoalannya, Risma bisa " berhasil " di Surabaya, bisa pula berhasil ngelola  kementrian sosial yg tentunya bakal lebih pelik permasalahannya ? Inilah tantangan buat Risma, untuk menjawab ekspektasi masyarakat Indonesia, apalagi di masa pandemi begini.
Hanya, di diri Risma, ada jiwa inovatif yg memungkinkan ia bisa bekerja tepat sasaran. Terutama, ia selalu bekerja dengan data yg benar. Berani terjun langsung ke bawah. Serta, berani ambil tindakan. Ini modal besar bagi Risma untuk bisa selesaikan permasalahan sosial yg kian rumit.
Bisa memahami birokrasi di pemerintahan, karena ia lama duduk di jabatan struktural. Ketika Walikota Surabaya, Risma terlihat begitu perhatian pada wong cilik. Membantu masyarakat kadang tak gunakan prosedur berbelit. Sekarang nemukan kasus kemiskinan, besok bisa langsung turun bantuan.
Keberanian seorang Risma untuk memangkas rantai prosedural itu modal keberanian yg jarang dimiliki pejabat negara. Sikap-sikap seperti itu jelas dibutuhkan, terutama di masa pandemi.
Penerima bantuan untuk tangani dampak pandemi, banyak dikritik kurang tepat sasaran. Ini bisa jadi pemicu Risma untuk memperbaiki data penerima bantuan. Serta, hal lainnya lagi, terutama menyangkut ketidak pastian seperti apa langkah pemerintah dalam membantu ngentaskan kemiskinaan di daerah pedesaan. ( Tang )