Mohon tunggu...
Nia Putri Angelina
Nia Putri Angelina Mohon Tunggu... Penulis

In a world where you can be anything, be kind.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Ketika Berada pada Dua Kutub Berlawanan Diantara Mempertahankan Persahabatan atau Menegakkan Prinsip

7 Mei 2016   19:21 Diperbarui: 18 Desember 2018   06:23 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Friendship - sumber : mzlovelee.com


Well, beberapa orang, memiliki kemampuan untuk berkata baik bukan dilahirkan, namun hal itu merupakan sebuah proses belajar dan dalam praktek yang panjang.

Kalau dapat memberi perumpamaan berkata baik adalah kemasannya, sedangkan berkata benar adalah isinya. jika isi yang benar tersebut kebetulan sesuatu yang negatif tentang seseorang, maka kita tidak boleh menyampaikan apa adanya kepada orang tersebut. Lain halnya jika hal itu adalah sesuatu yang positif. 

Perkataan positif hanya bisa keluar dari orang-orang yang kuat imannya, jernih hatinya dan panjang visinya. Mustahil oang yang lemah imannya, kotor hatinya dan pendek visinya bisa membiasakan diri berkata baik (positif). Sebaliknya, akan sangat mudah berkata negatif.

Berkata baik haruslah didasari pada prinsip dasar komunikasi efektif, yaitu jika kita sudah melakukan komunikasi pada orang yang tepat, pada tempat, dan waktu yang tepat. Walaupun kita sudah berkata baik dan benar, namun bukan pada orang yang tepat, maka komunikasi kita pun malah akan sia-sia.

Kendati demikian, jadi tidak ada alasannya untuk memilih terbelenggu diantara dua kutub ekstrim yang berlawanan, seperti contoh kasus berikut ini ;

Satu dari dua orang yang bersahabat melakukan sebuah kesalahan yang kala itu tidak dapat ditolerir. Sebagai sahabat, temannya yang satu ingin sekali menengur temannya yang berbuat keliru demi menegakkan kebenaran atau lebih tepatnya prinsip pribadinya. 

Bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Demikianlah prinsip yang dianut oleh teman dari yang berbuat salah itu. 

Namun, karena ia keliru atau tidak tahu cara yang baik dalam menyampaikan teguran kepada temannya, maka ia pun dilema mengenai hal itu. 

Demi mempertahakankan prinsip pribadinya, maka ia menegurnya, namun mungkin saja pada akhirnya berakibat pada putusnya persahabatan mereka. 

Akhirnya setelah sejenak terbelenggu dalam kutub ekstrim antara mempertahankan persahabatan ataukah menegakkan prinsip pribadinya, maka keputusan yang telah ia pilih, yakni ia telah korbankan prinsip pribadinya untuk mempertahankan persahabatan, demi menyenangkan hati sahabatnya. Dalam persepsinya, ia telah mengorbankan prinsip pribadinya, disamping memanipulasi fakta yang ada demi mempertahankan persahabatan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun