Saya lupa jika hari ini adalah hari spesial. Spesial ngopi dengannya, sudah di agendakan jauh hari. Agenda rutinan. Ketika kita berdua memendam kerinduan, untuk saling melepaskan. Pada tempat sama. Pada meja sama. Sehingga  tak akan ada  pelanggan lain yang menempati.
"Mas/Mbak tempat ini saban hari selasa saya pesan ya, jangan sampai ada pelanggan lain yang menepati,"
Saban Selasa. Menu sama dua Capuccino satu memakai gula dan satunya tak dan sebotol air mineral. Di tempat yang sama Laberee Cofee. Â Kita selalu berdua membahas apa saja. Kisah apa saja. Bercanda dan sebagaimana. Melepas sebuah kerinduan yang lama tertahan.
Akan tetapi Selasa kemarin saya telah mengecewakannya. Membuatnya  pada malam hari dia tak menghubungi saya. Bisa jadi dia kecewa, bisa juga dia sakit hati. Semua itu sebab ketelodoran saya. Saya kurang peka ajakannya. Saya kurang bisa mengamini perihal rindunya. Meskipun bisa diganti kapan kapan, akan tetapi rasa kesan dan lainnya tentu berbeda. Padahal dulu saya pernah berjanji jika dia, perempuan cantik, saya sayangi apabila mengingingkan sesuatu maka segera mungkin saya akan mengabulkannya.
Setelah penolakan saya, atas ajakannya ngopi dia tak lagi komunikasi. Saya memaklumi atas semua tersebut. Telah saya kecewakan. Dan biasanya saat dia mengajak ngopi tentu ada sesuatu untuk dibicarakan, ada sesuatu untuk di ceritakan. Dan juga melepas kerinduan karena hampir tiga bulan lebih saya dengannya tak lagi ngopi berdua.
"Maafin Mas sayang..."
Saya telah mengabaikan hari spesial kita. Hari dimana kita bisa melepas sebuah kerinduan dan lainnya. Hari dimana kita bisa berbicara apa saja, cerita apa saja, baik soal keluarga, aktifitas harian, cinta serta kasih sayang kita dan sebagai pekerja kantoran de es be. Â Saya berjanji tak akan mengulangi lagi tentang kejadian kemarin.
Dan perlu dicatat serta digaris bawahi cinta dan kasih sayang saya terhadapmu tak akan ada sebuah keteledoran. Saya tak ada lupa, jika cinta dan kasih sayang ini adalah nyata, Na.
