Mohon tunggu...
Niko Hukulima
Niko Hukulima Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta dan Aktivis Credit Union Pelita Sejahtera

Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan. Berusaha untuk lebih baik hari demi hari.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tite Oring - Bagian 2

6 Mei 2021   18:48 Diperbarui: 6 Mei 2021   18:59 984
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk nama yang terakhir ini sering menjadi sasaran "pengambilan tuak/Hor Tuak, secara paksa  dalam diam. Siang-siang, ketika Amai Kewihal sudah pulang, beliau memanjat pohon tuak milik amai Kewihal, dengan santai memenuhi dahaganya. Dan biasanya, Amai Kewihal sudah tahu siapa gerangan pelaku yang sering melakukan hal itu. 

Maka, sore harinya, ketika mengetahui tuaknya tidak sebanyak yang diharapkan, dia akan menumpakan kekesalannya dengan berteriak dari atas pohon mengumpat sang penyadap tuak ilegal. Terkadang dengan caci maki dan umpatan yang kasar lainnya. Kake Hukulima biasanya dengan santai menjawab umpatan itu dari dalam wetaknya, "temakewen nebo "l...ke" gao mon n Kwiha...". Agak saru maka kata yang diberi titik-titik, tidak boleh diteruskan dan juga tidak boleh  diterjemahkan.

dokpri
dokpri
Terlepas dari hal kecil ini, para orang tua ini akan mengakhiri hari dengan berkumpul bersama di salah satu Oring tersebut sesuai kesepakatan diantara mereka. Mereka berkumpul tidak membawa serta umpatan dan makian khas mereka ke Oring. 

Mereka datang dengan riang sambil bersenda gurau. Masing-masing datang membawa macam-macam penganan; ubi bakar, singkong bakar, dan lain-lain, tidak terkecuali menu andalan Tua Motoken (tuak). 

Mereka akan menghabiskan sore hari dengan makan sambil bercerita apa saja. Tentang kebun, binatang peliharaan, kucing hutan, musang, dan hal-hal lain. 

Ketika hari sudah larut, mereka akan berjalan beriringan, dengan badan agak oleng kiri-kanan karena alkohol mulai bekerja. Menjelang masuk kampung, ada persimpangan yang dinamakan Hemener. Mereka akan berpencar disini menuju rumah masing-masing untuk kemudian beristirahat.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Kakek Hukulima akan menghabiskan malam dengan cerita macam-macam. Mulai dari jubah Konfreria, ayam yang mulai menetas, babi yang berisik sepanjang hari, diakhiri dengan cerita ketika dia pergi merantau dulu. 

Saya yang setia menemani tidurnya hanya bisa diam mendengarkan sambil memejamkan mata. Saya tahu bahwa semburan kara-kata yang keluar adalah akibat dari alkohol sore tadi yang belum reda. Maka tidak harus terlalu serius mendengarkan.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Bagian cerita yang saya ingat karena selalu diulang-ulang adalah : "ketika berlayar ke Hollandia melalui Ambon, dan kemudian bekerja di Aniem". Saya bertanya, "Holandia itu dimana kakek"? Dengan suara mendayu-dayu karena pengaruh alkohol, kake menjawab, itu di Belanda bodo. 

Lalu Aniem itu apa? Dia menjawab lagi, itu perusahaan yang membuat lampu menyala. Dalam diam saya cukup bangga dan kagum dengan pencapaian kakek, lebih-lebih sampai ke negri Belanda, bekerja pula di perusahaan hebat yang membuat lampu bisa menyala, tidak pakai "bodo" hehe.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri
Kelak saya baru tahu kalau Hollandia itu ya Jayapura, Papua Barat sekarang -- Irian Jaya (waktu itu). Sementara Aniem itu kita kenal sekarang dengan nama PLN. Oooalaaa.... Walaupun demikian, tidak membuat kebanggaan saya luntur hehe....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun