Mohon tunggu...
Niko Hukulima
Niko Hukulima Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan Swasta dan Aktivis Credit Union Pelita Sejahtera

Hidup terlalu singkat untuk disia-siakan. Berusaha untuk lebih baik hari demi hari.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Hainan

3 November 2019   22:10 Diperbarui: 5 November 2019   21:27 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan tour guide; yang berwarna biru itu kendaraan pribadi berbahan bakar fosil, hijau adalah kendaraan listrik dan kuning kendaraan umum. 

Saya lupa menanyakan apakah yang berbahan bakar fosil itu bensin atau gas. Kenyataannya tiada asap yang saya lihat ngebul dari ujung knalpot kendaraan tersebut. 

Saya hanya menduga, barangkali bahan bakarnya gas. Atau bensin sekelas pertamax beroktan tinggi? Walahuallam. Yang pasti saya sedang menikmati udara bersih disini.

img-20191105-wa0050-5dc18444d541df670442b452.jpg
img-20191105-wa0050-5dc18444d541df670442b452.jpg
Selanjutnya menuju Desa Bali di kota Xinglong. Desa Bali? Orang Indonesia yang memiliki Bali, diajak ke desa Bali kawe yang dibuat orang asing untuk kepentingan pariwisata. Hebat bukan?

 Ceritanya begini; awal tahun 60-an, pemerintah Cina memanggil pulang para pekerjanya yang bekerja di negara-negara tetangga termasuk Indonesia untuk bekerja di proyek milik pemerintah yang di buka besar-besaran di Propinsi Hainan. 

Pekerja yang dipanggil pulang termasuk dari Indonesia, menempati urutan ketiga terbesar. Pekerja dari pulau Bali termasuk mayoritas yang pulang ke sana. Mereka pulang membawa budaya Bali hasil inkulturasi selama bekerja disana. Lambat laun budaya baru ini turut mempengaruhi masyarakat di Hainan. 


img-20191105-wa0054-5dc18591097f3615b86c6792.jpg
img-20191105-wa0054-5dc18591097f3615b86c6792.jpg
Bertahun-tahun kemudian, seorang pengusaha kaya di Hainan melihat ini sebagai sesuatu yang unik untuk dikembangkan. Berkat ijin dan dukungan dari Pemerintah Cina, dia membangun sebuah perkampungan ala Bali di Hainan. Agar lebih optimal, dia mendatangkan beberapa siswa, para ahli dan beberapa orang Bali asli dalam beberapa gelombang untuk mengemas proyek ini agar sedapat mungkin mirip dengan aslinya. 

Hasilnya, orang Indonesia termasuk saya berdecak kagum dengan upaya ini. Ironisnya, kita orang Indonesia didatangkan kesana untuk menikmati sesuatu yang yang dikemas luar biasa yang sebenarnya adalah milik kita, di tanah air mereka. Ahh.... sungguh terlaluuu. Itulah keseriusan pemerintah Cina menggarap sektor pariwisatanya. 

img-20191105-wa0048-5dc1849cd541df0490760032.jpg
img-20191105-wa0048-5dc1849cd541df0490760032.jpg
Tempat berikut yang dikunjungi adalah Yetian Miao Minority Nationality Village. Ditempat ini ada komunitas minoritas yang dengan tekun memelihara budaya peninggalan leluhur mereka suku Miao, seperti cara berpakaian tradisional, cara menenun, cara memainkan musik tradisional terbuat dari bambu, cara berrelasi para muda-mudi, dan beberapa yang lain.

img-20191105-wa0055-5dc184c8d541df16586b9d92.jpg
img-20191105-wa0055-5dc184c8d541df16586b9d92.jpg
Sesuatu yang unik, terdapat beberapa orang yang sudah sepuh, dengan  sekujur tubuh penuh tato. Ceritanya, jaman dahulu para wanita Cina di desa-desa tersebut menempati kelas sosial yang rendah. 

Dengan cara men-tato badannya, mereka berusaha menaikkan level sosial mereka agar mendapat tempat dimata kelas sosial masyarakat yang lebih tinggi. Tato dibuat secara bertahap, dimulai ketika sang gadis masih amat belia, saat remaja, hingga kelak menjadi tua. Tidak heran sekujur tubuhnya penuh dengan lukisan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun