Mohon tunggu...
Ngainun Naim
Ngainun Naim Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Penulis buku JEJAK INTELEKTUAL TERSERAK (2023). Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung Jawa Timur. Pengelola http://www.spirit-literasi.id. dan http://www.ngainun-naim.blogspot.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sedekah Tidak Mengurangi Modal

18 Januari 2023   16:14 Diperbarui: 18 Januari 2023   16:28 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aspek yang kini saya usahakan  adalah menjaga ibadah. Belum maksimal tapi terus saya upayakan. Saya sadar bahwa ibadah saya belum bagus. Sering bolong. Tentu ini tidak boleh terus berlangsung. Semakin tua saya harus  semakin memperbaiki aspek ibadah.

Spiritual menjadi aspek pembeda setiap aktivitas sebagai manusia. Aktivitas bisa jadi sama saja. Dimensi spiritual yang membuatnya menjadi berbeda. Tanpa spiritualitas, manusia bukan merupakan makhluk istimewa. Manusia hanya akan sama dengan makhluk lainnya.

Bepergian menjadi media malas ibadah. Mungkin karena fisik yang capek. Mungkin juga komitmen ibadah yang naik turun.

Kini saya juga berusaha mengambil pelajaran yang bisa diperoleh dalam setiap perjalanan. Dari mana pun itu. Apa pun bentuknya. Kadang juga saya catat sebagai pengingat agar bersyukur atas perjalanan hidup ini.

Ada satu pelajaran berharga yang saya peroleh saat awal Januari 2023. Saat itu hari jumat. Bersama kawan-kawan kami melaksanakan shalat jumat di sebuah masjid yang ada di Kecamatan Selopuro. Masjidnya menurut saya tidak terlalu istimewa. Bangunannya memang bagus tetapi sekarang ini masjid dengan bangunan bagus bukan lagi hal istimewa.

Saat mengambil air wudhu, mata saya tertuju pada tumpukan nasi kotak. Jumlahnya tidak sedikit. Sangat banyak. Persis di dekat kamar mandi ada warung makan gratis. Tertulis di situ bahwa semua jamaah gratis mengambil makanan sesuai dengan kebutuhan.

Saya tertegun. Ini fenomena menarik. Bukan saya mau ikut menikmati makanan gratisnya tetapi fenomena sedekah makanan di hari jumat sudah menyebar ke banyak tempat. Jika diteliti lebih lanjut, tentu akan menghasilkan data yang menarik. Minimal bisa diolah menjadi artikel jurnal.

Ketika usai shalat jumat, saya mendapatkan pembelajaran tentang program sedekah yang membuat kebajikan semakin berlipat. Takmir menyampaikan usai shalat jumat bahwa khas masjid bertahan di atas angka 40 juta selama dua tahun. Padahal program sosial seperti kantin gratis dan makan siang gratis terus dilakukan. Bukannya jumlahnya berkurang lalu habis, tetapi khas tetap bertahan, dan bahkan meningkat.

Penjelasan ini meneguhkan kekuatan transformatif kebajikan. Semakin sering dilakukan, kebajikan semakin tumbuh dan berkembang. Bukannya mengurangi materi yang dimiliki tetapi justru menambahnya.

Kaum skeptis tentu akan sulit menerima realitas semacam ini. Begitu juga dengan kaum positivis. Tapi itulah hidup. Tidak harus semuanya masuk akal dan dipertanyakan. Pada level tertentu, realitas diposisikan sebagai media pembelajaran hidup.

Hidup itu dinamis. Di sinilah terbuka ruang belajar sepanjang hidup. Terlihat sederhana tetapi sesungguhnya tidak selalu begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun