Berguru Para Filsuf dari Universitas KehidupanÂ
Berkali kali ia menyebutkan : "Alhamdulilah dengan hidup seperti ini,saya mampu menghidupkan istri dan menyekolahkan putra saya yang satu satunya. Kini duduk di SMP dan juara kelas". Kisah Syafei dengan bangga. Namun di pelupuk matanya, tampak air matanya mengambang. Namun pria yang berusia 60 tahun ini,tidak ingin saya menengoknya menangis. Maka ia menunduk dan menghapus air matanya dengan kausnya yang lusuh.
Pria yang bernama Syafei ini diberikan tumpangan dipekarangan kantornya di jalan Tongkol Rawamangun.."Alhamdulillah Putra Bapak sangat baik pada saya," kata Syafei yang mengaku sudah berusia 60 tahun.
Berbincang bincang dengan Syafei ,yang mengaku asal dari Demak dan merantau ke Jakarta,,dengan meninggalkan istri dan seorang putranya,sungguh sangat menarik.Â
Dari mulut seorang pemulung seperti Syafei ini,sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan pelajaran falsafah kehidupan.Â
"Bagi saya,hidup melarat itu adalah perjalanan hidup, Sedangkan kejujuran adalah Pilihan".
,kata Syafei mantap.
6 tahun tinggal di gerobak
Bahkan masih menurut Syafei, hidup melarat bukanlah merupakan halangan untuk tetap menunaikan Ibadah Puasa.
Walaupun pertemuan kami berdua dengan Syafei sudah berlalu beberapa tahun yang lalu, namun setiap bulan Ramadan saya kembali ingat filosofi yang diucapkan pria bernama Muhammad Syafei ini bahwa:" Hidup melarat adalah perjalanan hidup. Sedangkan kejujuran adalah Pilihan"
Sebagai orang yang pernah hidup melarat selama bertahun tahun, kalimat ini terekam dilubuk hati terdalam
Tjiptadinata EffendiÂ