Mohon tunggu...
Nurul Furqon
Nurul Furqon Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Nama saya Nurul Furqon, saya berasal dari kabupaten Sumedang, riwayat pendidikan saya SDN Babakandesa, SMPN 1 Cibugel, SMAN Situraja. Dan sekarang saya menjadi Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filsafat Mencari Kebenaran dan Agama Memberi Kebenaran

9 September 2020   07:00 Diperbarui: 9 September 2020   07:04 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat dan agama memiliki peran dan fungsinya masing-masing di dunia ini. Filsafat memberi mencari kebenaran dan agama memberi kebenaran. Kedua hal tersebut saling melengkapi, karena tanpa adanya agama manusia hanya akan mendapat kebingungan.

Mereka diam di satu pertanyaan "siapa dan bagaimana tuhan itu", maka untuk menjawab pertanyaan itu agama hadir untuk memberi tahu manusia bahwa "inilah tuhan", dan tanpa adanya filsafat manusia akan statis.

Manusia akan percaya pada agama tapi kepercayaan tersebut bersifat pasif. Manusia yakin pada agama tapi manusia tidak tahu apa itu agama dan untuk apa ada agama, karena tanpa filsafat manusia tidak memiliki rasa "keraguan".

Dengan adanya filsafat ini pikiran manusia akan lebih kritis dan tertarik untuk membuktikan kebenaran dari agama tersebut.

Dalam filsafat kebenaran terbagi menjadi tiga sumber, yaitu kebenaran berdasarkan mitos/alam, kebenaran berdasarkan manusia/logika, dan kebenaran berdasarkan wahyu/tuhan. Maka dari itu filsafat tidaklah menjauhkan diri kita dari agama atau membuat kita menjadi anti agama.

Banyak orang yang menganggap belajar filsafat itu membuat kita jadi atheis. Justru tidak. Kita akan lebih mengenal agama dengan baik.

Selain itu sumber-sumber kebenaran tersebut memiliki kajiannya masing-masing, sehingga kita akan bisa menempatkan suatu permasalah kepada tempat yang semestinya.

Kajian kebenaran berdasarkan mitos (*mitos dalam filsafat berbeda dengan mitos dalam sastra) tersebut di dasarkan kepada fiksi, karena para filsuf zaman dahulu belum mengenal yang namanya sains maka mereka mengaji kebenaran tersebut menggunakan rasionalisme alam bawah sadar manusia, dengan cara mengamati alam sekitar.

Mitos tersebut bisa menjadi benar dan tidak karena tidak melalui sain, mungkin untuk zaman dahulu kajian mitos ini masih relevan namun untuk zaman sekarang bisa dikatakan kurang relevan, karena kebenaran zaman sekarang bisa dikatakan logis jika dikaji berdasarkan sain.

Karena kajian mitos inilah yang menjadikan negeri yunani dipenuhi dengan legenda-legenda dan banyak makhluk mitologi. Kita bisa memahami apa itu mitos dalam filsafat dengan membaca asal usul mitos dan contohnya, seperti misalnya asal usul dewa thor yang menjadi landasan kenapa ada musim hujan dan musim panas.

Kebenaran berdasarkan manusia/logis ini didasarkan pada kajian logika manusia, kajian ini hampir sama dengan kajian mitos pada zaman dahulu. Namun perbedaanya standar logis pada zaman sekarang dan dulu berbeda sehingga kajian inipun berbeda dengan mitos.

Kajian logis pada kajian ini lebih di tekankan kepada sain, sehingga sesuatu disebut logis apabila telah dibuktikan secara nalar dan sain. Kita bisa membuktkikan bahwa hujan itu ada karena terjadi penguapan air laut yang menjadi awan, dan awan yang mengumpul akhirnya jatuh ke bumi menjadi butiran butiran air yang kita sebut air hujan.

Kajian kebenaran berdasarkan wahyu ini didasarkan kepada kitab suci atau apapun itu yang ada sangkut pautnya dengan Tuhan, atau yang bisa kita sebut sebagai ajaran agama. Semua pertanyaan manusia akan terjawab oleh agama baik mitos-mitos yang tercipta atau rasionalisme manusia.

Kebenaran dari tuhan ini bersifat konkret atau mutlak. Kita tidak bisa menentangnya apapun alasannya.

Memang ada beberapa yang tidak masuk akal bagi kita, seperti misalnya surga dan neraka. Kita tidak bisa memercayainya jika kita hanya menggunakan logika saja.

Kebenaran tuhan bersifat supra rasional, sebuah kebenaran yang tidak masuk akal. Itu terjadi karena kapasitas otak manusia tidak sanggup mencapainya.

Ada banyak sekali agama dengan ajaran yang berbeda-beda pula, namun kita tidak tahu mana yang benar. Dengan adanya filsafat dan agama ini kita akan tahu apa yang harus kita lakukan, dan menyakini kebenaran agama.

Kita tidak akan merasionalisasi agama karena dalam rasionalisme ada batasnya. Namun rasionalis otak manusialah yang diagamakan.

Kita tahu bagaimana cara mengkaji kebenaran suatu agama. Kedua hal ini akan sangat melengkapi satu sama lain. Kita akan terhindar dari dogmatisme agama dan kesesatan dalam berfikir, atau lebih tepatnya kita tidak akan terjebak dalam logika berfikir sehingga kita tidak akan menjadi atheis.

Dan dengan adanya kedua hal tersebut kita akan sampai pada kebenaran yang mutlak, yaitu kebebaran Ilahi. Berfikirlah dalam agama dan beragamalah dengan berfikir.

Terima Kasih
Salam dari Penulis
Nurul Furqon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun