Mengawali Hari dengan Ikhlas dan Tawakkal
Sore itu, Mbok Siti, seorang penjual jajanan tradisional di pinggir jalan, duduk termenung di depan dagangannya. Sudah dua jam berlalu, tapi hanya segelintir pembeli yang datang. Ramadan kali ini terasa lebih berat. Harga minyak goreng dan tepung naik drastis. Pelanggannya berkurang karena daya beli yang melemah.
Namun, ada satu hal yang tak berubah dari dirinya: kebiasaan bersedekah. Setiap hari, meski dagangannya belum laku banyak, ia tetap menyisihkan beberapa takjil untuk diberikan kepada anak-anak kecil atau tukang ojek yang lewat. "Rezeki itu bukan soal berapa banyak yang kita dapat, tapi seberapa banyak yang kita bagi," katanya.
"Ketika kamu memberi dengan ikhlas, kamu tidak kehilangan apa pun. Justru, kamu membuka pintu bagi keberkahan yang lebih besar."
Krisis Ekonomi yang Menghimpit, Tapi Keikhlasan Tak Pernah Surut
Saat ini, harga kebutuhan pokok naik tajam. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pangan meningkat lebih dari 5% dalam tiga bulan terakhir. Pedagang kecil seperti Siti terkena dampak paling besar.
Menurut laporan Kementerian Koperasi dan UKM, omset pelaku usaha mikro turun hingga 50% akibat daya beli yang melemah. Meski begitu, semangat berbagi tetap tinggi. Di berbagai daerah, masih banyak orang yang membagikan takjil gratis, meski mereka sendiri dalam kondisi sulit.
Sebuah studi dari Charities Aid Foundation bahkan menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi negara paling dermawan di dunia, dengan tingkat donasi yang tetap stabil meskipun ekonomi sedang lesu.
Ramadan dan Keajaiban Berbagi: Mengapa Orang Miskin Justru Lebih Pemurah?
"Sedekah tidak akan mengurangi harta. Allah akan menambah kemuliaan kepada seorang hamba yang pemaaf, dan barang siapa yang merendahkan diri karena Allah, maka Allah akan meninggikan derajatnya." Hadis Riwayat Muslim