Mohon tunggu...
Cinta Renjana
Cinta Renjana Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Naskah Drama Opera, Hoby Otodidak

Menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilpres-Pileg 2019, Ubah Pola Pikir Rakyat Ajukan Syarat

28 Mei 2018   14:56 Diperbarui: 28 Mei 2018   17:33 1561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi | olah digital dari: lemongrad.com/growth-mindset

PEMILU PRESIDEN dan PEMILU LEGISLATIF 2019 

Sudah saatnya, kita 'Rakyat' mengubah pola pikir.
Rakyat bukan lagi penerima janji, tapi penuntut janji. 

Rakyat adalah pemilik negara ini, kuasa ditangan Rakyat, kita yang harus aktif, mengajukan syarat dan ketentuan. 

Rakyat yang butuh, yang punya kemauan punya keinginan dan punya tujuan, tidak pasif, tidak hanya terima olplosan janji yang memabukkan. 

Rakyat harus tahu pasti, target pencapaiannya.

Jadi, rakyat harus berani menuntut, sesuai dengan ukuran yang kita minta. Diukur dengan angka riil, nyata bukan kata kiasan belaka.

"Gemah Ripah Loh Jinawi tata tentrem kerta raharja"

Harus ada wujud nyatanya, bukan hanya sekedar slogan dan wacana saja.

"Gemah Ripah Loh Jinawi"

Artinya adalah : Keadaan atau kondisi negara yang sangat subur serta sangat makmur.

"Tata Tentrem Kerta Raharja"

Artinya adalah : Keadaan wilayah yang aman tertib, tentram, serta sejahtera dan berkecukupan segala sesuatunya.

Dengan demikian, kita / Rakyat, secara 'yuridis' punya kekuatan hukum untuk menuntut 'kesanggupan dan keberhasilan'nya. Satu contoh diantara sekian banyak 'tuntutan' Rakyat. Misal 'Bayar hutang' tidak boleh selesai masa jabatan, dengan enak tinggalkan tanggungan hutang di pundak Rakyat.

Memang semua butuh waktu, tapi kalau disusun rapi dengan 'skala prioritas', mana yang paling penting, mendesak harus dilaksanakan.
Sehingga diatas kertas, hitam atas putih sangat kelihatan dan Rakyat bisa menuntut pertanggung jawabannya. Hal ini berlaku tidak hanya kepada Presiden, tapi juga kepada Anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

Jadi, mengelola pemerintahan negara dan bangsa, tidak bisa sembarangan, seenaknya tanpa tanggung jawab target waktu pencapaian. Itulah yang menjadi penyebab rusaknya sistem pengelolaan pemerintahan. Jangan kita dungu bodoh layaknya 'keledai' tunggangan, masuk lobang yang sama berkali-kali. Manajemen pengelolaan negara baik dan benar, penulis pastikan, hasilnya akan kelihatan.

Kalau ada kesalahan atau kekurangan, bisa dengan segera ditinjau ulang dan segera diperbaiki, tidak bertele-tele seenake dewe. Kata kuncinya hanya 1 (satu) "MAU", mau berubah, menjadi lebih baik dan benar.

Mau berubah, budaya 'Leda-lede' harus ganti dengan budaya 'Kerja cepat dengan target waktu', Semua warga negara, aparat birokrat pejabat termasuk konglomerat harus 'Move On' menuju Indonesia lebih baik, tanpa ulur waktu, segera gerak cepat. Kita berpacu dengan waktu, (waktunya pengkhianat, penjahat dan kroni-kroninya)

Kalau kita tidak segera berubah, jangan harap kita jadi negara besar yang "Gemah Ripah Loh Jinawi tata tentrem kerta raharja"

Sekian terima kasih. Salam sukses Indonesia Jaya. NKRI tetap utuh selamanya. Amin.

Cinta Renjana, Rakyat yang bisa nulis, bukan orang Partai.

~~~

image dasar : 'Mindset'

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun