Mohon tunggu...
Cinta Renjana
Cinta Renjana Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Naskah Drama Opera, Hoby Otodidak

Menulis, menulis dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Patung Bung Karno "Menangis"

20 April 2018   15:36 Diperbarui: 20 April 2018   15:49 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Patung Soekarno/Foto via blitarian/Nusantaranews

WAWANCARA 'IMAGINERY'

Begitu masuk kota Blitar, rasa hatiku campur aduk, antara senang, bangga dan terutama bersyukur. saya diperkenan Tuhan sampai disini.

Saya langsung menuju 'my Destination' Dari kejauhan sudah nampak Patung Bung Karno Putra Sang Fajar, tanpa kesulitan saya sampai disana.

Saya parkir dan turun menuju halaman didepan patung.
Saya kagum dengan sang Pematung, yang sangat piawai membuat logam yang keras, menjadi karya seni yang sangat indah, Patung itu seolah mampu menampilkan sosok sang Proklamator dengan pancaran aora kepahlawanannya, berwibawa, penuh kharisma.

Naluri saya sebagai penulis langsung mencuat melambung tinggi, saya siapkan 'Gadget' dan saya set record lanjut acara wawancara dengan beliau.

Sedikitpun saya tidak merasa canggung, saya merasa familier, harap maklum, saya sudah kenal dengan belau walau sebatas suara saja, di tahun 50-60an, bapak ibu saya sering mendengarkan pidato Bung Karno melalui Radio Philips siaran dari Radio Republik Indonesia Programa 1 Jakarta.

Suara pidato yang sangat bersemangat, menggugah semangat perjuangan yang berapi-api, menggelegar sampai pelosok seluruh negeri.

~~~

"Halo Bung." sapa saya sok akrab, tetap santun.

"Ya, ... siapa dan dari mana." tanya beliau dengan suara khas seorang Bung Karno yang saya kenal di radio, masa kecilku taoon 60an.

"Nuwun sewu, saya Cintren dari desa di lereng kaki gunung Merbabu.

"Langsung saja, kasihan kamu kepanasan, siang ini Kediri panas sekali." perintah beliau, saya paham dan tanggap keadaan.

"Saya hanya mau mengajukan dua pertanyaan saja." jawab saya hati-hati jangan sampai salah.

"Katakan."

"Siap Bung." jawab saya tegas, dengan gaya stel  'KNIL' meniru bapak kalau nyebut tentara jaman penjajahan Belanda.

"Yang pertama, bagaimana rasa hati dan pikiran Bung mengetahui situasi dan kondisi Indonesia saat ini.

Dan, ...

Yang kedua, apakah Presiden Jokowi adalah satu diantara 10 'pemuda' yang Bung minta." 2 pertanyaan sudah saya ajukan.

~~~

Bung Karno ... beliau diam.

Saya tunggu sampai cukup lama, saya tidak berani bertanya. Beliau tetap diam, saya jadi merasa bersalah, dan saya mencoba menyelami perasaan Beliau.
Jangan-jangan saya salah bicara, atau pertanyaan saya menguak kenangan lama.

Daripada saya juga jadi patung, akhirnya saya beranikan diri bertanya.

"Bung, ... saya salah bicara ya? maaf saya tidak bermaksud membuka kenangan atau luka lama." Beliau tetap diam.

~~~~

Ooops ...
Saya yang salah, ini kan wawancara 'imajiner, ternyata saya yang diam, berhenti memerankan pribadi yang diwawancarai. 

Saya sadar, wawancara imajiner mulai lagi.

"Kamu ajukan 2 pertanyaan, akan aku jawab dengan 2 jawaban juga." jawab Beliau.

"Jawaban pertama, ...
Semua ada didalam benakmu, kamu selami apa yang ada didalam hati dan pikiranmu.
Bagaimana seorang pejuang, hasil perjuangan dengan taruhan jiwa raga dan nyawa, akhirnya di rusak sendiri oleh generasi penerusnya.

'Sakit' 

Satu kata itu sudah mewakili semuanya." adhoooooooh ... ! dada saya pedih bagai di tusuk belati oleh saudara sendiri.
Dan, ... hati saya, bagai disayat sembilu, perih.

Bung Karno diam lagi.

Kali ini beliau memang diam sejenak.

"Jawaban kedua, ...
Presidenmu yang sekarang, ... siapa tadi namanya? oya Joko Widodo, yang pasti dia pernah jadi pemuda." jawab beliau, diplomatis.

"Maksud Bung?" saya telmi, telat mikir, jawaban kedua tidak jelas, saya tidak paham, sebelum saya gagal paham, maka saya cepat bertanya.
Tapi, ...
Beliau tetap tidak menjawab.

Selesai sudah, wawancara imajiner bersama Beliau Bung Karno, 'Sang Putra Fajar'.

Saya yakin, para pembaca tahu dan mengerti arti dan maksud isi 'wawancara imajiner, tulisan saya ini. terima kasih. salam.

~~~

Satu pesan terakhir dari Beliau.

KORUPTOR dan PENGKHIANAT jangan coba-coba berani berdiri dihadapanku disini.

Kalau sampai aku melihatnya, aku tidak suka, karena membuatku menangis.

Dan, ...

Kalau sampai aku tahu, akan aku tendang biar terlempar sampai laut selatan, dijadikan umpan ikan hiu sekalian.

~~~~~ )o( ~~~~~

Saya pulang ke Semarang, mampir dulu, makan menu khas Kediri klangenan / kesukaan. 'SATE EMPRIT'

SATE EMPRIT KHAS KEDIRI (yomanuto.com)
SATE EMPRIT KHAS KEDIRI (yomanuto.com)
Sumber gambar : Patung Bung Karno 
SATE EMPRIT Khas menu Kediri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun