Mohon tunggu...
Roneva Sihombing
Roneva Sihombing Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Penyuka kopi, gerimis juga aroma tanah yang menyertainya. Email: nev.sihombing@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Sejak 'Ku Bertemu Matamu

14 April 2022   01:52 Diperbarui: 14 April 2022   02:05 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tak ingat kapan terakhir kali mengunci pandangan pada seseorang. Namun aku melakukannya, seminggu yang lalu. Dengan kesadaran yang entah dari mana muncul, aku mengunci pandanganku kepada seseorang. Dengan keinginan yang entah dari mana hadir, aku menatap lekat seseorang. Dengan tekad yang entah dari mana datang, aku bertemu matamu. Dengan keberanian yang entah dari  mana timbul, mataku berjumpa matamu.

Perlahan, aku merasa hati dan kepalaku memuai. Sesak sesaat yang panjang. Seolah lingkar kepalaku bertambah beberapa millimeter. Seolah dadaku menjadi penuh dan padat. Nafasku terdengar tak biasa. Nafas yang selaras berubah dengan kepala dan hatiku. Perubahan asing yang tak alami, 'ku alami.

Aku meletakkan kedua tanganku di dada kiriku, dengan telapak kanan di permukaan dada kemudian telapak tangan kiri di atas telapak tangan kanan. Debar dari dalam, terasa sampai ke telapak tangan kananku menyusul telapak tangan kiriku. Detak dan ketukannya terdengar jelas. Terdengar sangat jelas, cerlang dan tegas.

Perlahan, sesuatu terjadi secara magis. Rasanya, seperti semua orang terlihat kabur dan bergerak sangat lambat. Rasanya, suara-suara percakapan yang sebelumnya ada mulai menjauh; suara-suara yang kemudian terdengar seperti dengungan sangat rapat di salah satu bagian dinding.  Debu-debu halus yang sanggup dilihat mata, bertebaran dengan nyaman di antara ruang pandang. Terasa sengatan listrik dengan daya kejut halus muncul dari telapak kaki, merambat perlahan menuju jantung dan memacu jantung dengan perlahan sehingga cepat. Dari mana asalnya energi listrik ini? Di mana energi listrik ini muncul?  Apakah tubuh ini menyimpannya di sudut terjauh? Apakah dia muncul pada momen-momen tertentu? Apakah dia hadir ketika hati sangat membutuhkan penegasan? Sudah berapa lama fenomena ini ada di Bumi?

***

Seminggu yang lalu, aku terjadwal janji untuk menemani Soya demi menikmati burger di salah satu kedai kopi yang sempat ku kunjungi beberapa hari sebelumnya dengan beberapa teman. Soya adalah seorang penikmat burger garis keras. Setiap kali ada resto fast-food yang muncul di kota kami, Soya akan muncul di sana dalam waktu kurang dari seminggu. Selera memang subyektif, yekan?

Salah satu temanku menggunakan waktu libur seminggunya untuk kembali ke kota ini. Dengan temanku inilah, aku mengunjungi kedai kopi ini untuk pertama kalinya. Seperti biasa, Zul akan mengabariku rencananya pulang, ketika tiket untuk pulang ke kota kami telah dipesan. Zul bertanya padaku, di mana kedai kopi yang banyak camilannya. Pada kunjungan sebelumnya, tempat pertemuan kami adalah kedai kopi pilihanku. Piihan camilan yang ada di kedai tersebut tidak cukup memenuhi keinginannya menikmati camilan. Selanjutnya, dia bertanya, di mana kedai kopi yang bisa dijangkau oleh teman-teman kami dari tempat kerja mereka masing-masing; yang kira-kira berada tak jauh dari tengah kota.

Lokasinya tidak jauh dari halte bus kota. Suasana kedai tenang dan menyenangkan menyambutku ketika aku mendorong pintu kedai. Beberapa pelanggan sedang menikmati smartphone mereka ketimbang bercengkrama dengan teman-teman di sekeliling mereka. Tidak ada interaksi, tidak ada keakraban. Yang ada hanya kedekatan fisik. Tatapan mata mereka sangat karib pada telepon pintar mereka. Seolah tidak ingin saling terpisah.

Waktu kedatanganku tak jauh dengan waktu kedatangan Zul. Zul sedang memilih camilan. Ketika aku mendekat dan melihat daftar menu, aku melihat burger pada daftar menu sebagai pilihan camilan. Tidak sampai semenit, ingatanku sudah tertuju pada Soya. Betapa hebatnya pengaruh makanan pada ingatan. Hehehe...

***

Dua gelas bening dengan dua jenis minuman berbeda terlihat sudah mengeluarkan keringat di bagian luar gelas. Keringat yang meluncur dengan deras. Dua gelas tersebut berada di atas meja yang terletak di hadapan kami. Soya dan aku menyeruput minuman kami secara perlahan. Sangat pelan. Kami sedang menunggu burger pesanan kami. Obrolan tentang keseharian sudah mengalir selama sekitar 10 menit. Beberapa pengunjung kedai berdatangan dan melintas di depan kami.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun