Beberapa hari yang lalu, jadi juga kami ke kafe kenalan Ifong. Kali ini, Ika ikut. Ika, sama seperti Ifong, adalah pencinta drakor garis keras dan penikmat makanan Korea.
Di Korea, makanan ini terkenal. Begitulah tulisan yang kami baca di gambar yang terletak di atas meja. Aku lihat lagi gambarnya. Makanan ini memiliki warna coklat yang sangat mendominasi.
Tentu saja, kami tidak keberatan. Toh, kami bisa menyantap dakgalbi lebih dulu.. :) Dan, alasan lain karena hari itu kami memang hendak mencicipi jjimdak.
Dakgalbi datang lebih dulu. Diletakkan di atas kompor portable, panci berisi dakgalbi pun segera dihangatkan. Tidak butuh waktu lama untuk menghabiskannya. Pesona merah dan oranye yang memenuhi dakgalbi tidak melulu menunjukkan citarasa pedas.
Citarasa manis jjimdak segera terasa di lidah. Sepertinya salah satu sumber rasa manisnya berasal dari japche, bihun lembut yang bisa dimakan lepas. Kentang dan wortelnya terasa lembut. Daging ayamnya juga lembut. Saking lembutnya, tulang ayamnya pun bisa dikunyah.
Jika daging ayam dikukus artinya daging ayam dimasak menggunakan dandang, panci yang memiliki panci berlubang bagian dalamnya yang diletakkan setelah memasukkan air di dasar dandang. Jika daging ayam diungkep artinya daging ayam direbus menggunakan bumbu dalam jangka waktu tertentu sehingga bumbu terserap.
Ketika kenalan Ifong mampir ke meja kami, kami sempatkan bertanya, apakah beliau memasak daging ayamnya dikukus atau diungkep. Ternyata tidak!
Dugaan kami terakhir adalah cara masaknya seperti bikin semur. Semua bahan dimasukkan di dalam panci dan dimasak sampai 80% matang. Ketika akan disajikan pada pelanggan tinggal dipanaskan sebentar.