Salah satu program untuk mengatasi masalah sampah adalah pembuatan jalur khusus bagi truk sampah menuju TPA Jatibarang, serta penerapan sistem landfill untuk memproses sampah organik menjadi kompos dan sampah anorganik menjadi barang siap pakai seperti kerajinan tangan dan spot foto.
Pemerintah terus meningkatkan upaya dalam pengelolaan sampah dengan menerapkan kebijakan-kebijakan seperti pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, pengembangan fasilitas daur ulang, dan program edukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik.
Upaya ini tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah, tetapi juga mencerminkan nilai moral dan etika masyarakat yang peduli terhadap lingkungan. Sebagai warga negara, kita memiliki hak untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat, namun kita juga memiliki kewajiban untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan tersebut dengan mendukung dan mematuhi kebijakan pemerintah serta menerapkan praktik-praktik pengelolaan sampah yang baik dalam kehidupan sehari-hari. (Wijayanti, 2022).
Permasalahan yang sering muncul dalam penanganan sampah di antaranya biaya operasional yang semakin tinggi dan makin sedikitnya lahan untuk pembuangan sampah.
Sebagian besar penanganan sampah di Indonesia masih dibuang ke TPA. Keadaan ini tidak bisa dibiarkan terus-menerus karena dapat menimbulkan masalah baru yang mencemari lingkungan dalam jangka panjang. Sampah yang terbengkalai akan membusuk dan mengeluarkan gas berbahaya seperti metana, yaitu gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Selain itu, air hujan yang meresap melalui tumpukan sampah dapat menghasilkan "lindi," yaitu cairan yang mengandung berbagai bahan kimia beracun dan mencemari air tanah serta sumber air permukaan. (Mariadi, 2020). Ini menunjukkan pentingnya prinsip “kemanusiaan yang adil dan beradab” dalam Pancasila butir kedua, yang menggarisbawahi perlunya memperlakukan alam dengan rasa tanggung jawab dan kehormatan, serta memastikan bahwa lingkungan hidup yang sehat adalah hak setiap individu
Tumpukan sampah merupakan tempat berkembang biaknya berbagai patogen, termasuk tikus, lalat, dan nyamuk, yang dapat menularkan penyakit menular ke manusia. Selain itu, adanya tumpukan sampah dapat menimbulkan bau tidak sedap dan menimbulkan penyakit pernafasan pada warga yang terpapar.
Selain dampak lingkungan dan kesehatan, penumpukan sampah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat merusak ekosistem. Sampah yang terbawa angin dan air ke lingkungan alam seperti sungai dan hutan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem. Tumpukan sampah yang berlebihan dapat mengganggu keseimbangan ekologi dan mengancam kelangsungan hidup flora dan fauna setempat. (Mariadi, 2020).
Untuk menghadapi permasalahan dan tantangan dalam penanggulangan sampah, diperlukan solusi yang tepat dan berkelanjutan. Salah satu solusi penting adalah meningkatkan kesadaran masyarakat melalui kampanye edukasi yang lebih intensif dan berkesinambungan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang urgensi pengelolaan sampah, diharapkan masyarakat akan lebih aktif dalam mendukung program penanganan sampah yang berkelanjutan. Ini sejalan dengan hak setiap individu untuk mendapatkan pendidikan dan informasi yang benar, serta slogan "Kita Bisa!" yang menginspirasi partisipasi aktif masyarakat dalam solusi masalah lingkungan.
Pengembangan infrastruktur penanganan sampah juga menjadi langkah krusial. Pemerintah harus berinvestasi dalam pengembangan sarana dan prasarana yang memadai, termasuk fasilitas daur ulang, tempat pembuangan sementara, serta sistem pengumpulan dan transportasi sampah yang efisien. Dengan adanya infrastruktur yang memadai, proses penanganan sampah dapat dilakukan secara lebih terencana dan terstruktur (Ulfatun, 2016).