Mohon tunggu...
nesi azizah
nesi azizah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Saya mahasiswa yang tertarik pada dunia pendidikan. Selain itu kesenangan yang belakangan saya lakukan merujuk pada seni visual

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Fasilitator Keberagaman Peserta Didik

7 November 2023   13:31 Diperbarui: 7 November 2023   13:38 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan hak semua anak. Pembukaan UUD 1945 dengan tegas menyataka bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak-anak pada dasarnya dicitptakan menjadi pribadi yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lainnya. Pernyataan tersebut selaras dengan pendapat Sunarto dan Hartono (2008:10) bahwa pada hakikatnya manusia adalah mahluk individu, sosial, bermoral, religius, berfikir dan terampil. Setiap individu bersifat unik, memiliki ciri dan sifat atau karakteristik yang tidak dapat disama ratakan. Pendidikan yang diselenggarakan di sekolah seyogianya menyediakan ruang bagi keunikan individu (peserta didik) untuk berkembang optimal sehingga mampu menumbuhkan rasa percaya diri tidak saja atas penilaiannya secara subjektif, tapi juga secara objektif berdasarkan perspektif lingkungan masyarakat sekitarnya.

Anak belajar dari stimulus yang diterima indra untuk selanjutnya diteruskan oleh otak untuk diterima dan dimaknai. Belajar dimaknai sebagai proses dinamis yang dilakukan terus menerus mengakibatkan perubahan pengetahuan dan atau perilaku. Aunurrahman (2016: 35) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya. Proses dari awalnya belum tau menjadi tau. Masing-masing peserta didik memiliki cara sendiri untuk memaknai peristiwa yang dialami. Cara inilah yang selanjutnya disebut gaya belajar.  Setiap peserta didik mempunyai gaya belajar yang berbeda dengan peserta didik lainnya, tetapi ada pula yang mempunyai kesamaan dalam gaya belajarnya. Anak sebagai pribadi yang unik, memiliki latar belakang yang berbeda-beda maka memiliki proses atau gaya belajarnya masing-masing. Ada yang merasa nyaman belajar dengan melihat, ada yang merasa nyaman belajar dengan mendengar, dan ada pula yang merasa nyaman dengan melakukan kegiatan.

Pendidikan di Indonesia pada umumnya masih menggeneralisir keberagaman peserta didik sehingga kurang memfasilitasi dan memperhatikan kebutuhan masing-masing individu. Keberagaman peserta didik tidak hanya dilihat dari satu sudut pandang saja sebatas pada perbedaan sifat. Akan tetapi, keberagaman peserta didik menurut Mustafida (2021: 88) Dalam upaya menciptakan pembelajaran yang memfasilitasi kebutuha belajar peserta didik, pemerintah mengusung sebuah kurikulum yang memiliki semangat keberpihakan pada keberagaman peserta didik bertajuk Kurikulum Merdeka.

Kurikulum Merdeka adalah sebuah kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi yang ingin mewujudkan kondisi belajar yang menyenangkan, baik itu untuk guru ataupun peserta didik. Kurikulum Merdeka dapat dipahami sebagai penerapan kurikulum yang mengedepankan situasi yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, serta adanya peningkatan berpikir guru yang inovatif. Pendidikan itu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik di dalam diri sendiri maupun di masyarakat. Pembelajaran yang ideal  adalah sebuah proses belajar mengajar yang memfasilitasi peserta didik agar tumbuh sesuai dengan kodratnya. Sedangkan kodrat anak adalah bermain. Bagi anak bermain adalah kegiatan yang sangat disenangi. Sehingga penting menjalankan sebuah komponen pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Filosofi KI Hadjar Dewantara yang melatarbelakangi Kurikulum ini merujuk pada  keunikannya, sehingga perlu diakomodasi dengan maksimal untuk mewujudkan kemerdekaan dalam belajar. Keberagaman anak dalam hal ini peserta didik menjadi sesuatu yang perlu diposisikan sebagai aspek utama dalam menciptakan ruang belajar yang optimal. Peserta didik merupakan agen perubahan yang akan membawa ide-ide barunya dalam menanggapi dan menyelesaikan permasalahan diri ataupun lingkungannya. Memberikan kesempatan peserta didik tanpa membeda-bedakan satu sama lain dalam belajar dapat memberi kesempatan bagi maereka dalam menyampaikan gagasan kreatifnya. Berkaitan dengan itu bahwa memahami karakter peserta didik yang beragam akan mengarah pada proses pendidikan yang dibentuk dalam pembelajaran yang dilakukan secara berdiferensiasi.

Pelaksanaan pembalajaran berdiferensiasi secara garis besar merupakan pembelajaran yang tidak hanya menggali potensi peserta didik secara umum, tetapi membentuk karakter mereka berdasarkan minat belajarnya, tingkat kesiapan, dan gaya belajar (Wahyuningsari, 2022: 530). 

Pembelajaran berdiferensiasi memberi keleluasaan dan mampu mengakomodir kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajar peserta didik yang berbeda-beda.  Peserta didik memilih sendiri cara belajar sesuai dengan minatnya yang mengarah pada konsep pendidikan jiwa merdeka (Hendratmoko (2017: 153). 

Macam-macam cara memetakan kebutuhan belajar sangat membantu untuk dapat mengukur dan menentukan pengelompokan peserta didik untuk selanjutnya diberikan materi yang sesuai dengan capaian yang diharapkan. Selain itu, pengetahuan baru membuat saya dapat merancang langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi dalam rencana pembelajaran suatu kelas. Tindakan tersebut dilakukan untuk mencapai kurikulum yang diharapkan dengan pembelajaran yang mengarah pada aspek diferensiasi. Setiap peserta didik di kelas pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya. Begitu banyak kebutuhan peserta didik  yang harus dipenuhi. Tanpa disadari, guru setiap harinya menghadapi peserta didik dengan berbagai keragaman yang banyak sekali macamnya. Pembelajara ini lebih berpihak pada peserta didik dan mengikuti seluruh perkembangannya. 

Teori Sistem Ekologiadalah salah satu teori yang melatar belakangi pentingnya pembelajaran berdiferensiasi. Teori Ekologi dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem, dan kronosistem. Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa latar belakang sangat mempengaruhi proses belajar dan minat belajar peserta didik. Selain itu, saya juga belajar cara memetakan kebutuhan belajar peserta didik. Keberagaman peserta didik dengan kaitannya pada pemenuhan target kurikulum merupakan keadaan pembelajaran yang berdiferensiasi mengacu pada konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara menurut proses memahami keberagaman peserta didik perlu melalui tindakan untuk pemetaan peserta didik. Tindakan tersebut berupa melakukan asesmen diagnostik pada peserta didik, membuat perencanaan pembelajaran, melakukan pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi bersama. Asesmen diagnostik peserta didik menjadi bagian penting dalam memahami keberagaman peserta didik. Diagnosis dilakukan dengan berbagai cara salah satunya pretest. Melalui kegiatan tersebut guru dapat melakukan pemetaan peserta didik dan melakuka pemrofilan berdasarkan latar belakang menghasilkan data demografi peserta didik.

Pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya berfokus pada produk pembelajaran (hasil tugas, ujian, dsb), tapi juga fokus pada aspek diferensiasi yang lain, yaitu proses dan juga konten/materi. Penerapan aspek-aspek pembelajaran diferensiasi ini dapat diterapkan hampir pada semua mata pelajaran. Berdiferensiasi konten merupakan materi yang diajarkan atau disampaikan pada peserta didik tentunya dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar peserta didik baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat peserta didik dan aspek profil belajar peserta didik atau kombinasi dari ketiganya. Pembelajaran konten merupakan hal yang esensial dalam pembelajaran. Konten ini ditujukan untuk membantu peserta didik dalam memahami materi. Pembelajaran berbasis konten mengutamakan pemahaman materi. Namun pelaksanaannya, peserta didik tidak sekadar dituntut memahami materi, yang paling penting adalah menguasai pemahaman mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di berbagai konteks kehidupan peserta didik. Tercapai tidaknya tujuan pembelajaran sebenarnya, apabila pendekatan konten ini dapat berjalan dengan baik. Artinya semua peserta didik akan dapat menguasai materi dan konsep yang dipelajari.

Selanjutnya diferensiasi pada proses, peserta didik akan mendapatkan informasi tentang pembelajaran yang baru dan mendapatkan cara belajar sesuai dengan kemampuan peserta didik. Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah peserta didik akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada peserta didik-peserta didik. Siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah peserta didik yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Terakhir adalah diferensiasi pada produk ialah variasi hasil dari tugas pembelajaran, atau variasi untuk penilaian hasil belajar peserta didik. Tugas dan penilaian untuk masing-masing peserta didik dibuat beragam namun masih tetap mengacu pada tujuan pembelajaran yang sama.

Pembelajaran berdiferensiasi yang diusung oleh kurikulum merdeka dengan semangat merdeka belajar merupakan bentuk urgensi pendidikan Indonesia terhadap pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Berbagai gaya belajar yang berusaha diakomodir diharapkan mampu menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan dan efektif sehingga hasil belajar sesuai dengan tujuan pada setiap capaian pembelajaran. Tidak kalah penting dari aspek koknitif yaitu penanaman karakter pelajar pancasila dan pemaknaan terhadap proses belajar itu sendiri yang harus terus dikawal oleh guru, sekolah dan orang tua. Proses belajar yang berkelanjutan ini diharapkan menjadi penguatan peserta didik bahwa setiap anak memiliki kelebihan yang dapat dimaksimalkan. Fokus pada kelebihan membuat peserta didik lebih nyaman, menikmati, produktif dan mendorong konsep berpikir kritis kreatif. Dengan demikian generasi penerus Indonesia akan menjadi pemelajar sepanjang hayat yang ahli di bidangnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun