Mohon tunggu...
Neshfi yana
Neshfi yana Mohon Tunggu... Penulis - Sampit, Kalimantan Tengah

Saya punya hobi yaitu menggambar, membuat cerpen. Dan olahraga favorit saya yaitu bulutangkis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kehidupan Tanpa Diriku

4 Juli 2020   14:21 Diperbarui: 4 Juli 2020   14:23 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu, aku sedang menemani ibu kepasar. Jujur saja, aku sangat terpaksa nelakukannya. Aku sungguh tidak menyukai tempat yang ramai. Aku tak tahan lagi, aku ingin cepat-cepat pulang kerumah.

Aku berjalan dibelakang ibu. Kemudian saat menyebrang jalan dompetnya terjatuh. Aku pun berhenti sebentar untuk mengambilnya. Tiba-tiba ada motor yang sedang melaju kencang. Karna rasa kekosongan dan kehampaan aku tak bisa menghindar. 'Bruuggghhhh!'. Aku sudah tak sadarkan diri lagi. 

#(dua minggu kemudian)

Aku tak tau apa yang sedang terjadi. Aku hanya mendengar namaku selalu dipanggil-panggil oleh seseorang. Dan aku baru sadar bahwa aku sudah tewas tertabrak motor dua minggu yang lalu. Tapi mengapa ruh ku masih disini, seharusnya ruh ku sudah ada dialam sana.

Ku lihat seseorang sedang duduk dibangku belajarku. Dia sepertinya sedang menangis membaca sebuah buku. Ternyata itu adalah buku harianku dan ibuku yang membacanya.

"(Menangis) Adif...kenapa kamu tidak bilang sama ibu,...bahwa kamu menanggung semua rasa sakit ini..dan begitu berat beban yang kamu bawa sebagai seorang anak.....kamu tak punya seorang pun untuk bisa membagu rasa sakit ini....". Ternyata ibu menangis selama dua minggu sejak ketiadaanku. Dan ibu selalu menyendiri dikamarku.

Saat malamnya ibu tidur dikamarku. Aku pun masuk kedalam mimpi ibu. 

"Bu. Relakanlah kepergianku agar aky bisa tenang dialam sana." 

"(Menangis) Maafkan ibu nak... . Ibu sudah jadi orangtua yang buruk buatmu...."

"Tidak. Ibu salah, ibu sudah jadi orangtua yang baik buatku. Kasih sayang yang ibu berikan untukku sudah cukup kok. Sungguh, aku tak membenci ibu. Aku masih tetao sayang sama ibu". Aku tersenyum ikhlas pada ibu.

 "(Menangis sambil memelukku dengan erat) Adif.....maafkan ibu...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun