Mohon tunggu...
nerissa wijaya
nerissa wijaya Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis

Seorang Psikolog Klinis yang memiliki pengalaman praktik dalam dunia kesehatan mental anak dan keluarga. Pemberdayaan diri, mendengarkan dengan empati, berpikir kritis, dan aktif bergerak dengan mindful merupakan prinsip layanan yang saya yakini dapat berkontribusi positif terhadap kesehatan mental individu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Orang Tua, Siapkah Kita?

30 Agustus 2020   20:33 Diperbarui: 30 Agustus 2020   20:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi, diperlukan sikap sukacita dan selera humor supaya pengasuhan anak menjadi hal yang menyenangkan dan bermakna bagi anak dan orang tua. Untunglah, sebenarnya ada banyak cara menyenangkan untuk memaknai hidup yang seringkali diajarkan oleh anak-anak secara alami (Elkind, 2007; Ginsburg, 2007; Yogman, Garner, Hutchinson, Hirsh-Pasek, Golinkoff, 2018).

Aktivitas bermain mendukung proses pemaknaan hidup bagi anak dan orang tua (Elkind, 2007). Melalui aktivitas bermain anak dan/atau orang tua sama-sama belajar mengenai penetapan tujuan yang jelas dan konkret dalam setiap langkah permainan serta memiliki waktu yang aman untuk memberikan umpan balik (respon) terhadap tindakan yang diambil satu sama lain[2]. 

Tergabungnya aksi dan kesadaran diri saat berproses dan/atau berinteraksi dalam suatu permainan juga memfasilitasi anak dan orang tua untuk mengeksplorasi peluang tanpa takut dilabel ‘gagal’ sehingga menstimulasi perkembangan otak dan mental seseorang (Yogman, Garner, Hutchinson, Hirsh-Pasek, Golinkoff, 2018).

 Hadiah Seumur Hidup

“Ingin jadi apa?”

 Kesederhanaan penting dalam hidup. Pertanyaan ringkas di atas adalah contoh pertanyaan singkat dan eksploratif yang dapat ditanyakan oleh orang tua kepada anak – dan pada momen langka dapat ditanyakan oleh anak kepada orang tua. 


Namun, siapkah kita sebagai orang tua dan/atau orang dewasa merespon pertanyaan itu tanpa merasa sesal, takut, berkonflik, marah, dan kecewa? 

Apabila masih ada respon-respon tidak nyaman yang timbul, barangkali kita perlu mengambil waktu sejenak untuk menyempatkan diri beradaptasi dengan dunia serta mengeksplorasi berbagai potensi diri bersama anak-anak yang ada di sekitar kita. 

Menjejak bumi (realistis) dan menikmati hidup dengan bersenang-senang (ceria, imajinatif) bukanlah hal yang perlu dipertentangkan, melainkan perlu diintregasikan dalam keseharian dan aktivitas kita sebagai pribadi.

 Respon lain yang sering muncul dalam diri orang tua adalah kebingungan menyisihkan waktu untuk bermain (secara mandiri maupun bersama anak). Berikut penulis mengutip respon dalam sebuah artikel bagi para orang tua yang ingin bermain bersama anak, tetapi merasa 24 jam sehari dan tujuh hari seminggu tidak cukup untuk bekerja dan bermain dengan kasih:

 “There never was such a day for flying kites! God doesn’t make two such days in a century.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun