Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Penggiat Budaya | Pekerja Sosial | Fasilitator Pendidikan | Eks Pengawas Pemilu

KOMPASIANA AWARD - 2019: Most Viewed Content lebih dari 400.000 Pageviews - 2021: Nomine Best in Citizen Journalism - 2022: Nomine Best in Opinion

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Makan Bergizi Gratis Ternyata Memiliki Celah Berbahaya!

3 Mei 2025   08:08 Diperbarui: 4 Mei 2025   18:14 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah makanan gratis berarti kita harus kompromi soal keamanan?"

Program makan bergizi gratis memiliki tujuan yang sangat mulia terutama memperbaiki status gizi, meningkatkan konsentrasi belajar dan mengurangi stunting.

Jika anak makan makanan bergizi seimbang --- cukup karbohidrat, protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral --- tubuh bisa membangun sel baru, memperbaiki jaringan, menjaga imunitas, tumbuh optimal, otak lebih optimal dan bisa berperan penting dalam mencegah stunting pada 1000 hari kehidupan anak.

Baca: Makanan Sehat Untuk Tumbuh Kembang Buah Hati.

Siapa yang tidak mau anaknya memperoleh pemenuhan gizi, tumbuh lebih optimal, otak lebih optimal dan tidak mengalami stunting. Akan tetapi, realitanya anak-anak tidak mendapatkan gizi yang cukup. Justru terdapat kelalaian dalam standar keamanan pangan yang menyebabkan keracunan masal dan terus terjadi.

Tentu setiap orang tua menginginkan anak-anaknya mendapatkan asupan gizi yang cukup, tumbuh sehat, memiliki perkembangan otak yang optimal, serta terhindar dari risiko stunting. Pemenuhan gizi yang baik sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, termasuk kemampuan belajarnya di masa depan.

Namun kenyataannya, banyak anak masih belum memperoleh gizi yang memadai. Lebih buruk lagi, sering terjadi kelalaian dalam menjaga standar keamanan pangan, yang bukan hanya menghambat pemenuhan gizi, tetapi juga menyebabkan insiden keracunan massal yang terus berulang.

Tapi memang, sering kali makanan "gratis" sering kali dipandang sekadar pemenuhan kebutuhan atau eksekusi program tanpa mempertimbangkan kualitas dan keamanan yang ketat.

Akibatnya, kontrol terhadap bahan, pengolahan, hingga penyajian sering diabaikan, membuka peluang terjadinya masalah kesehatan seperti keracunan atau kekurangan zat gizi penting.

Kasus-kasus keracunan ini bukanlah insiden terpisah, melainkan gejala dari absennya sistem keamanan pangan yang ketat dalam pelaksanaan program.

Menurut Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), penerapan prinsip Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP) dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) masih sangat minim. Padahal, HACCP adalah standar penting dalam menjamin keamanan pangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun