Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Covid-19 dan Pentingnya Penelitian Matematika

26 Maret 2020   00:08 Diperbarui: 26 Maret 2020   10:11 4703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (m.republika.co.id)

Sejatinya, berdasarkan cara penyebaran virus corona, tanpa penelitian ini juga, kita harusnya percaya bahwa penyebaran virus corona di Indonesia sudah ada pada saat wabah virus corona sudah merebak di Wuhan dan berhasil menjangkiti beberapa negara. Pasalnya, pada saat China berperang melawan corona, masih ada penerbangan dari Kota Wuhan ke Indonesia dan beberapa negara yang terinfeksi.

Namun, perlunya sebuah penelitian atau riset yang tidak terkesan menggiring sebuah opini untuk meresahkan masyarakat tetapi didasarkan pada data dan fakta yang diolah dalam sebuah kerangka teori yang sudah dipercaya dari tahun ke tahun.

Setelah Indonesia dinyatakan positif corona dan meningkat begitu cepat, Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (ITB) juga melakukan sebuah pemodelan matematika untuk memprediksi laju penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Para peneliti menggunakan Richard's Curve (Kurva Richard) dan Metode Least Square dalam ilmu Statistik Matematika dengan memasukan berbagai laporan data kasus COVID-19 secara akumulatif dari berbagai macam negara seperti China, Iran, Italia, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.

Pemodelan Kurva Richard
Pemodelan Kurva Richard

Hasilnya menyatakan bahwa akhir Maret 2020 sebagai puncak epidemi dan petengahan April 2020 sebagai akhir epidemi dengan jumlah kasus maksimal melampaui 8000 kasus.

Pemodelan Kurva Richard dan Metode Least Square ini pernah digunakan untuk menentukan awal, puncak, dan akhir endemik SARS di Hong Kong dan terbukti cukup akurat.

Pada bulan Februari, Pakar Matematika Universitas Sebelas Maret (UNS)  Surakarta, Dr.  Sutanto menyatakan bahwa penyebaran Covid-19 di Wuhan, Tiongkok  sudah memasuki level bahaya.

Pernyataan ini berdasarkan pemodelan matematika Model S-I-R (Susceptible-Infected-Recovery) yang menyatakan bahwa jumlah penduduk yang berstatus Susceptible, Infected dan Recovery di kota Wuhan pada setiap interval waktu akan berubah-ubah. Secara matematis, kota akan bersih dari virus corona, kalau jumlah orang berstatus infected adalah nol atau semua sudah masuk dalam kategori Recovery.

Model Matematika SIR (Website UNS)
Model Matematika SIR (Website UNS)
Oleh karena itu, perlu dilakukan dua hal yaitu menerapkan physical distancing agar orang-orang sehat tidak bersentuhan dengan orang yang terinfeksi dan mengupayakan vaksinasi terhadap kelompok orang yang sudah terinfeksi sehingga sehat kembali.

Matematika Di Mata Orang Awam dan Pemerintah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun