Hari ini mengajar, besok anak-anak lupa. Mengajar ulang, besoknya lupa lagi. Begitu-begitu saja. Saya manusia, kadang lalai dalam persiapan karena saya menganggap melakukan hal-hal yang sudah lazim tapi toh tidak ada perubahan.
Dari hal tersebut di atas kita harus sadar bahwa semua orang bisa menjadi guru tapi tidak semua orang bisa menjadi guru yang professional (benar-benar guru). Oleh karena itu, bagaimana pun guru harus berjuang menjadi guru yang profesional karena mati hidupnya sebuah negara ada ditangan guru. Guru adalah sosok penting yang membawa manusia dari kegelapan menuju terang.
Advayataraka Upanishad Ayat 16 berbunyi "The syllable gu means darkness, the syllable ru, he who dispels them, Because of the power to dispel darkness, the guru is thus named."
Guru adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengusir kegelapan ketidaktahuan. Kira-kira maknanya demikian seperti itu.
Oleh karena itu, Guru harus mengembalikan otoritas guru yang sudah tercipta secara alamiah sejak dulu agar guru dihargai dan dihormati serta diperlakukan istimewa.
Lalu bagaimana dengan orang tua? Apa yang harus dilakukan terhadap guru. Ingat, seorang guru memiliki anak untuk ia didik tapi ia menyisihkan waktu yang lebih banyak untuk mengarsiteki masa depan anak anda. Perlakukalah guru secara terhormat. Hargailah guru yang membuang waktu kesenangannya demi anak anda. Hirohito adalah contohnya, ia meninggalkan status kekaisarannya untuk mengangkat guru-guru menjadi orang nomor satu di Jepang. Sebuah penghargaan yang luar biasa untuk dicontohi.
Salam !!!
Mauleum, 25 November 2019
Neno Anderias Salukh
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat;