Mohon tunggu...
Neno Anderias Salukh
Neno Anderias Salukh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pegiat Budaya | Pekerja Sosial | Pengawas Pemilu

Orang biasa yang menulis hal-hal biasa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Suku Dawan (Timor) Mengetahui Waktu Terjadinya Hujan

8 November 2019   12:20 Diperbarui: 22 Januari 2020   12:47 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan, Merkurius dan Venus yang tampak segaris | Langit Selatan.com

Meski mereka tidak pernah menginjakkan kaki di bangku pendidikan, para petani Timor menggunakan ilmu khusus untuk mengetahui kapan terjadinya hujan.

Sebagai daerah tropis, Pulau Timor memiliki dua musim yang selalu bergantian yaitu musim hujan dan musim kemarau. Faknais, sebutan untuk musim panas atau musim kemarau bagi orang Timor (suku Dawan) secara khusus orang-orang Amanuban sedangkan musim hujan dibagi menjadi dua musim yaitu Ul ton (musim hujan setelah musim kemarau) dan Ul manikin (musim hujan pasca panen hasil pertanian).

Faknais adalah musim dimana para petani berjuang dibawah terik matahari menyiapkan lahan untuk ditanami jagung, padi dan sebagainya saat musim hujan tiba.

Ul ton adalah musim hujan yang terjadi setelah musim panas. Ul ton adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh para petani di Timor. Saatnya para petani menyemaikan benih yang sudah disiapkan. Sedangkan Ul Manikin adalah musim hujan yang terjadi setelah waktu panen selesai.

Hidup para petani bergantung di Ul ton. Tanaman-tanaman seperti jagung bergantung pada hujan. Jika curah hujan rendah maka hasil panen pun tidak memuaskan dan sebaliknya jika curah hujan tinggi maka hasil panen memuaskan para petani.

Menurut ilmu geografi, musim panas yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia berkisar dari bulan April-September sedangkan musim hujan berkisar dari Oktober hingga Maret.

Namun, perubahan iklim yang terus menerus terjadi mengakibatkan ketidakpastian waktu musim hujan Ul ton tiba. Kadang kala terjadi pada bulan Oktober, Desember bahkan bulan Januari.

Ketidakpastian inilah yang sering terjadi dan dialami oleh para petani Timor. Hal tersebut berakibat buruk pada hasil panen. Penyemaian benih harus tepat dengan tibanya musim hujan. Seringkali terjadi. Benih yang ditanam gagal tumbuh.

Namun, orang Timor (Suku Dawan) memiliki tanda-tanda khusus untuk mengetahui waktu musim hujan tiba. Ilmu tersebut diwariskan oleh para nenek moyang suku Dawan yang masih berlaku hingga saat ini.

Adapun tanda-tanda khusus yang digunakan untuk mengetahui waktu musim hujan adalah sebagai berikut:

Suara Burung

Ada sejenis burung yang hanya bisa didengar suaranya pada malam hari merupakan salah satu alarm untuk para petani. Jujur, saya tidak tahu nama burung ini dalam bahasa Indonesia tetapi orang Amanuban menyebutnya sebagai Kol Ton. Disebut sebagai Kol Ton karena burung ini hanya muncul sekali dalam setahun. (Kol dari kata Kolo yang berarti Burung dan Ton yang berarti Tahun).

Awalnya burung ini hanya terbang di ketinggian pada malam hari dengan suara krak...krak...krak. Menurut cerita ibu saya, suara burung tersebut adalah alarm kepada para petani untuk segera menyiapkan lahan karena musim hujan sudah dekat.

Kemudian menjelang musim hujan tiba, burung tersebut akan terbang dengan ketinggian yang lebih dekat dengan bumi. Suaranya pun berubah. Orang Timor percaya bahwa suara burung tersebut berbicara seperti manusia dengan berkata Oe ... Oe yang berarti Air ... Air. Tanda bahwa sebentar lagi akan hujan.

Setelah teriakan Oe ... Oe dari burung tersebut, ada salah satu jenis burung lagi yang suaranya akan dikeluarkan jika besoknya akan hujan. Burung tersebut dikenal oleh orang Amanuban sebagai Burung Petekloe. Lagi, menurut cerita para orang tua, burung tersebut berteriak dengan berkata Petekloe yang berarti basah. Ibu saya menegaskan bahwa dengan adanya suara burung Petekloe, tidak membutuhkan waktu hingga 24 jam untuk hujan.

Rasi Bintang

Jika tidak terjadi hujan pada bulan Oktober maka  bintang menjadi tanda kapan terjadinya hujan. Menurut cerita ibu saya, ada dua rasi bintang yang dijadikan sebagai tanda.

Pertama, Rasi Bintang Feto Mnuke. Saya tidak tahu Rasi Bintang apa yang dimaksud tetapi Rasi Bintang ini terdiri dari dua bintang kecil yang jaraknya kadang berdekatan dan kadang berjauhan. Jika posisi kedua bintang ini tidak terlihat lagi pada malam hari maka saatnya hujan tiba.

Kedua, Rasi Bintang Feto Mnasi. Sama halnya dengan rasi bintang pertama, saya tidak tahu apa yang dimaksud tetapi Rasi Bintang ini hampir sama dengan Feto Mnuke tetapi jaraknya tidak pernah berubah sampai tidak terlihat pada malam hari. Feto Mnasi menjadi tanda terakhir menyusul Feto Mnuke jika setelah Feto Mnuke tidak ada tanda-tanda hujan.

Menurut cerita para orang tua, setelah Feto Mnasi terbenam atau tidak terlihat lagi pada malam hari, maka musim hujan telah tiba. Menariknya, di waktu tersebut kemungkinan tidak terjadinya hujan tidak ada.

Karena saya penasaran dengan ilmu Rasi Bintang yang digunakan oleh nenek moyang kami, saya mencoba mencocokkan dengan ilmu perbintangan.

Saya menduga, Feto Mnuke adalah planet Jupiter dan Saturnus sedangkan Feto Mnasi adalah Merkurius dan Venus (perbaiki jika saya salah).

Salam!!!

Neno Anderias Salukh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun