Bukan hal yang mustahil jika suatu saat banyak hewan punah di muka bumi.
Meningkatnya populasi manusia berbanding lurus dengan tingginya kebutuhan hidup. Dilansir dari kompas.com, Populasi manusia terus bertambah sejak 1970, ekonomi global tumbuh empat kali lipat sementara volume perdagangan internasional naik 10 kali lipat.Â
Akibatnya, untuk mencukupi kebutuhan manusia yang semakin tinggi berupa makanan, pakaian dan energi, maka hutan-hutan dibabat yang berada di daerah tropis dibabat habis, hewan-hewan di buru oleh manusia untuk mengambil keuntungan seperti daging, kulit, tulang dan sebagainya.
Mengerikan!
Berdasarkan laporan PBB, sebanyak satu juta spesies hewan dan tanaman di darat, laut, dan udara terancam punah. Selama 2018 ini, terdapat 18 hewan yang terancam punah dan Indonesia merupakan satu-satunya negara yang memiliki sumbangsih terbesar hewan yang terancam punah.
Namun, sebetulnya terdapat sejumlah hewan yang sudah benar-benar punah yaitu Quagga, hewan yang mirip zebra atau kuda yang punah pada 1883, Sapi laut steller punah sejak 1768, Merpati penumpang punah pada 1900, Badak hitam barat punah lima tahun yang lalu setelah berpuluh-puluh tahun menjadi hewan yang dilindungi dan masih banyak hewan yang lainnya.
Di Indonesia, terdapat beberapa hewan yang hanya tinggal cerita. Harimau Jawa, Harimau Bali, Tikus Gua Flores, Tikus Hidung Panjang Flores, Tikus Pohon Verhoeven, Kuau Bergaris Ganda dan lain sebagainya.
Gaya hidup manusia saat ini pun berpengaruh terhadap lingkungan. Ketidaksadaran manusia dalam membuang sampah plastik mempengaruhi perkembangan organisasi terkecil di dunia seperti plankton. Bahkan, hewan-hewan besar seperti paus dan rusa pun mati karena sampah plastik yang berserakan dimana-mana.
Menurut data yang diperoleh dari Greenpeace, terdapat ratusan spesies yang mati akibat sampah plastik. Bahkan, beberapa diantaranya terancam punah karena sampah plastik.
Sedangkan menurut National Oceanographic and Atmospheric Administration, terdapat 100.000 mamalia laut, jutaan burung dan ikan mati setiap tahun karena sampah plastik.
Di Indonesia, kebakaran hutan bukan hal yang baru. Bayangkan kebakaran hutan yang terjadi setiap tahunnya selain mengancam kesehatan manusia, berapa banyak spesies yang hilang?
Karena itu, bukan hal yang tidak mungkin jika suatu saat anak cucu kita tidak melihat bahkan tidak mengenal hewan sebagai salah satu jenis makhluk hidup karena tidak ada hewan yang bertahan hidup lagi.
Perkiraan ini bukan tanpa alasan, menurut informasi yang dihimpun kepunahan spesies dalam beberapa dekade ke depan meningkat puluhan hingga ratusan kali.
Punahnya hewan-hewan bukan berarti tidak ada dampak bagi kehidupan manusia. Kebutuhan manusia akan semakin sulit dipenuhi, Pendapatan Domestik Bruto akan mandek karena pertumbuhan ekonomi tidak berjalan dengan baik.
Dalam prinsip Kebijakan Ekonomi Sosial Demokrasi, salah satunya adalah tentang kebijakan keberlanjutan. Keberlanjutan dalam prinsip ekonomi sosial demokrasi adalah suatu persyaratan hidup generasi berikutnya.
Oleh karena itu, kebijakan ekonomi pemerintah perlu menguatkan prinsip keberlanjutan karena kehidupan negara bukan tentang hari ini tapi tentang kehidupan yang akan datang.
Kebijakan dilakukan dengan cara membuat regulasi yang mengikat dan mengikutsertakan masyarakat untuk ikut melindungi lingkungan.
Namun, akan lebih baik jika masyarakat sadar untuk mencintai lingkungan yang dianugerahkan Allah kepada kita.
Hari ini, 04 Oktober, Hari Binatang Sedunia. Apakah kita semua tahu tentang ini? Jika kita mencintai alam, menyayangi binatang, hari ini seharusnya dirayakan.
Selamat Hari Binatang Sedunia
Salam!!!
Referensi: Satu; Dua; Tiga; Empat; Lima.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI