Mohon tunggu...
Neni Hendriati
Neni Hendriati Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 4 Sukamanah

Bergabung di KPPJB, Jurdik.id. dan Kompasiana.com. Hasil karya yang telah diterbitkan antara lain 1. Antologi puisi “Merenda Harap”, bersama kedua saudaranya, Bu Teti Taryani dan Bu Pipit Ati Haryati. 2. Buku Antologi KPPJB “Jasmine(2021) 3. Buku Antologi KPPJB We Are Smart Children(2021) 4. Alam dan Manusia dalam Kata, Antologi Senryu dan Haiku (2022) 5. Berkarya Tanpa Batas Antologi Artikel Akhir Tahun (2022) 6. Buku Tunggal “Cici Dede Anak Gaul” (2022). 7. Aku dan Chairil (2023) 8. Membingkai Perspektif Pendidikan (Antologi Esai dan Feature KPPJB (2023) 9. Sehimpun Puisi Karya Siswa dan Guru SDN 4 Sukamanah Tasikmalaya 10. Love Story, Sehimpun Puisi Akrostik (2023) 11. Sepenggal Kenangan Masa Kescil Antologi Puisi (2023) 12. Pantun Kontemporer (2024), 13. Pantun Seloka (2024) 14. Cerita Anak Tema Lebaran KPPJB (2024), 15. Sisindiran KPPJB, 16. Puisi Trilogi Ritus Katarsis Situ Seni (2024). Harapannya, semoga dapat menebar manfaat di perjalanan hidup yang singkat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Kapok

18 Januari 2023   06:40 Diperbarui: 18 Januari 2023   06:57 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

        "Gimana? Dingin, kan?" Kak Ina tertawa lebar.

       Aku cuma mengangguk, merasakan air sedingin es.

       "Ular!" tiba-tiba Kak Reni berteriak. Dengan panik ditunjuknya bagian bawah pohon besar itu

       Kami terkesiap

       Puluhan ular keluar dari bawah pohon, sebagian keluar dari dalam air.

       "Aw, tolong!" kami berteriak panik.

       "Lari!" Kak Reni menjerit.

       Aku yang mematung, segera diseret Kak Reni, berlari meninggalkan tempat itu. Sekuat tenaga, kami berusaha lari dari sana. Dalam keadaan panik, jalanan terasa licin dan menanjak curam.

       Aku menyeret kakiku yang gemetar, masih sempat kulihat puluhan ular menegakkan tubuhnya, siap menyerang kami. Karena tergesa-gesa, aku terpeleset dan terjatuh, ketika sampai di permukaan pemakaman.

Sejak saat itu tubuhku terserang gatal panas seperti terbakar. Gatalnya sangat menyengat, mula-mula hanya telapak tangan yang terasa, akhirnya seluruh tubuhku terkena gatal, dan ketika kugaruk, kulitku terkelupas memerah dan berair. Sungguh aku tersiksa. Hanya wajahku yang selamat, tak terkena gatal.

Kudengar dari Kak Reni, Kak Ina pun mengalami hal yang sepertiku, bahkan lebih parah! Wajahnya dipenuhi bintik --bintik bagai sisik ular, gatal di seluruh tubuh. Ternyata, hanya kami berdua yang diserang penyakit gatal, karena  kamilah yang menciduk air telaga itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun