"Ibu, jika nanti mengalami demam, Ibu minum obat ya. Nanti akan diberikan obat penurun demam," katanya.
Selanjutnya ke ruang vaksinasi. Ketika menunggu, kawan saya mengingatkan saya untuk tidak vaksin booster dengan jenis AstraZeneca. Kalau bisa jenis Pfizer.
"Lha itu suami loe ikut vaksinasi juga," kata saya.
Alasannya sih lebih kepada efeknya yang lebih yahud dibanding dengan jenis vaksin lainnya. Itu sebabnya, kawan saya ini sedang mencari jenis vaksin Pfizer.
"Jadi, bagaimana, gue batalin aja?" kata saya, tapi sayang juga sih kalau dibatalkan. Nanti lagi, kapan?
"Kemarin, si mbak gue pakai AstraZeneca nggak apa-apa tuh. Tergantung antibody juga sih," timpal kawan saya yang lain, yang juga ikut vaksinasi.
Akhirnya, saya putuskan ikut vaksinasi. Lagi pula saya ingin tahu juga efek sampingnya. Apakah seperti yang disampaikan kawan saya?
Ok, pukul 10.26 saya pun divaksinasi di lengan kiri bagian atas. Saya lupa kalau dosis pertama dan kedua, apakah sama juga? Seperti biasa, tidak terasa sakit. Setelah divaksin, saya pun diberi dua kaplet obat penurun demam.
Setelah menunggu selama 30 menit tidak ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), dan mendapatkan sertifikat vaksin, saya lanjutkan aktifitas lainnya bersama kawan-kawan saya. Kebetulan kami memiliki agenda yang sama.
Sepanjang perjalanan sih saya tidak merasakan apa-apa. Masih baik-baik. Tidak ada keluhan. Lengan juga tidak terasa sakit. Tidak terasa pegal juga.Â
Dua kawan saya yang juga ikut vaksinasi booster tidak merasakan apa-apa. Cuma mengantuk saja. Soalnya dia menguap mulu. Berarti, kekhawatiran itu tidak terbukti. Lega dong.