Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Vaksinasi Booster AstraZeneca, Ini Efek Samping yang Saya Rasakan

23 April 2022   15:07 Diperbarui: 23 April 2022   15:16 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis, 21 April 2022, akhirnya saya divaksinasi booster juga di Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia). Begitu saja terjadi tanpa terencana. Tidak ada persiapan apa-apa.

Saya sendiri belum tahu apakah saya sudah terjadwalkan atau belum? Yang saya tahu, jarak antara vaksin booster dengan vaksin dosis kedua adalah 6 bulan.

Kebetulan, di kampus yang berlokasi di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, ini tengah mengadakan vaksinasi booster untuk karyawan, mahasiswa, dan masyarakat sekitar.

"Bu Tety, mau sekalian vaksin nggak? Sudah booster belum?" kata Mbak Pathia, humas Polimedia yang mengundang saya.

"Oh, memang boleh ya? Bukannya harus terjadwal? Soalnya saya tidak punya aplikasi PeduliLindungi" kata saya.

"Boleh Ibu, tapi Ibu daftar dulu ya," katanya mengarahkan saya ke meja pendaftaran.

Setelah saya isi data, lalu ke meja validasi data. Petugas menanyakan jenis vaksin dosis pertama dan kedua, yang saya jawab Sinovac. Ok, bisa divaksinasi karena jenis vaksin yang akan saya terima Astra Zaneca.

Disampaikan untuk sasaran dengan vaksin primer Sinovac akan diberikan separuh dosis Astra Zeneca (0,25 ml), separuh dosis Pfizer (0,15 ml), atau dosis penuh Moderna (0,5 ml)

Selanjutnya ke meja pemeriksaan kesehatan. Tekanan darah saya diukur dan hasilnya normal. Beralih ke meja skrining berikutnya yang sepertinya petugas kesehatan.

Petugas menanyakan apakah ada keluhan ketika mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan kedua, saya jawab tidak ada. Saya tidak mengalami apa-apa yang dialami orang lain selain rasa lapar yang terus mendera.

"Ibu, jika nanti mengalami demam, Ibu minum obat ya. Nanti akan diberikan obat penurun demam," katanya.

Selanjutnya ke ruang vaksinasi. Ketika menunggu, kawan saya mengingatkan saya untuk tidak vaksin booster dengan jenis AstraZeneca. Kalau bisa jenis Pfizer.

"Lha itu suami loe ikut vaksinasi juga," kata saya.

Alasannya sih lebih kepada efeknya yang lebih yahud dibanding dengan jenis vaksin lainnya. Itu sebabnya, kawan saya ini sedang mencari jenis vaksin Pfizer.

"Jadi, bagaimana, gue batalin aja?" kata saya, tapi sayang juga sih kalau dibatalkan. Nanti lagi, kapan?

"Kemarin, si mbak gue pakai AstraZeneca nggak apa-apa tuh. Tergantung antibody juga sih," timpal kawan saya yang lain, yang juga ikut vaksinasi.

Akhirnya, saya putuskan ikut vaksinasi. Lagi pula saya ingin tahu juga efek sampingnya. Apakah seperti yang disampaikan kawan saya?

Ok, pukul 10.26 saya pun divaksinasi di lengan kiri bagian atas. Saya lupa kalau dosis pertama dan kedua, apakah sama juga? Seperti biasa, tidak terasa sakit. Setelah divaksin, saya pun diberi dua kaplet obat penurun demam.

Menunggu sertifikat vaksin booster (dokumen pribadi)
Menunggu sertifikat vaksin booster (dokumen pribadi)
Setelah menunggu selama 30 menit tidak ada KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi), dan mendapatkan sertifikat vaksin, saya lanjutkan aktifitas lainnya bersama kawan-kawan saya. Kebetulan kami memiliki agenda yang sama.

Sepanjang perjalanan sih saya tidak merasakan apa-apa. Masih baik-baik. Tidak ada keluhan. Lengan juga tidak terasa sakit. Tidak terasa pegal juga. 

Dua kawan saya yang juga ikut vaksinasi booster tidak merasakan apa-apa. Cuma mengantuk saja. Soalnya dia menguap mulu. Berarti, kekhawatiran itu tidak terbukti. Lega dong.

Eh, malamnya, ketika saya pulang, saya merasa pegal-pegal. Saya merasa sangat letih. Sampai-sampai saya berjalan kaki dengan amat pelan. Lengan bekas disuntik ketika saya raba agak membengkak.

Sesampainya di rumah, setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, saya langsung merebahkan diri di kasur. Saya merasa tubuh saya tidak fit. Ditambah di lengan bekas suntikan juga terasa sakit.

Jam 2 pagi, saya merasakan kedinginan, tubuh menggigil, kaki kram. Setelah kaki yang kram saya pijit-pijit, saya pindah ke kamar depan. Saya tetap merasakan kedinginan. Kepala cenat cenut.

Ketika saya menyiapkan sahur, badan terasa lemas. Saya juga tidak nafsu makan. Sahur hari itu, saya hanya minum teh manis panas. Seperti orang yang akan sakit.

Saat tadarus online, saya membacanya dengan lemas. Benar-benar badan saya tidak enak banget. Usai tadarus saat urus anak-anak yang akan ke sekolah.

Efek lain yang saya rasakan, badan demam, batuk-batuk, sakit perut, dan nyeri sendi. Saya jadi ingat keluhan yang disampaikan kawan yang sudah vaksin booster. Oh, jangan-jangan ini efek sampingnya?

Saya pun merebah. Memutuskan untuk minum obat kan tidak mungkin juga, orang lagi puasa. Saya alihkan dengan mengetik, tapi bawaannya mengantuk. Tapi mau tidur juga tidak jelas karena terganggu rasa nyeri di bekas suntikan.

Saat itu, saya malas buat melakukan aktifitas. Maunya merebah. Padahal, sorenya ada agenda buka puasa bersama dengan para mama eks kelas 9E, kelasnya anak pertama saya, yang sekarang kelas X. Tempatnya, di rumah saya. Tidak mungkin juga kan saya main membatalkan?

Jadi, saya tidak masak apa-apa. Suami yang menyediakan. Membeli makanan ini, membeli minuman ini. Suami juga yang merapikan ruangan tamu, memindahkan sofa, dan memasang karpet.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Meski dalam keadaan kurang fit, saya tetap menyambut dan mengobrol para tamu saya.   Hingga acara buka puasa tuntas, saya masih merasakan tidak enak badan. Mencuci piring pun dengan pelan.

Nah, hari ini, Sabtu 23 April 2022, kondisi saya mulai membaik. Meski masih terasa lemas, setidaknya tidak lagi demam, tidak lagi nyeri sendi, dan nafsu makan mulai ada. Setidaknya, saat sahur tadi, saya pakai nambah hehehe...

Saya jadi tahu bagaimana efek samping vaksin booster dengan jenis AstraZeneca. Sejatinya tidak perlu khawatir. Meski efek vaksin dosis ketiga atau booster, bisa bertahan beberapa hari namun bisa sembuh dengan sendirinya.

Contohnya saya, yang di hari kedua setelah vaksin sudah biasa lagi. Tanpa harus minum obat, kembali seperti sedia kala.

Tenang, tidak perlu khawatir jika mengalami efek samping seperti yang saya rasakan. Merasakan efek samping setelah vaksinasi Covid-19 adalah hal yang normal.

Selain itu, sebagai tanda sistem kekebalan tubuh bekerja sebagaimana mestinya. Begitu kata para ahli.

Dikutip dari laman resmi covid19.go.id, KIPI adalah reaksi yang mungkin terjadi pada seseorang setelah menerima vaksin Covid-19. Meskipun tak semua orang mengalaminya, reaksi yang terjadi adalah hal yang wajar dan bersifat sementara.

Menurut hasil penelitian, vaksin booster setengah dosis menunjukkan peningkatan level antibodi yang relatif sama dengan vaksin booster dosis penuh, dan memberikan dampak KIPI yang lebih ringan.

Ahli kesehatan menyatakan divaksinasi booster saat berpuasa justru bagus. Karena dengan berpuasa akan semakin memperbaiki kerja sistem imun tubuh kita.

Vaksin AstraZeneca terbukti dapat membentuk antibodi lebih tinggi pada tubuh jika disuntikan pasca vaksin dosis kedua.

Ayo, jangan takut vaksin booster. Vaksin dosis ketiga atau booster ini adalah upaya untuk meningkatkan respons kekebalan tubuh setelah dua dosis vaksin.

Selain itu, vaksin booster juga bermanfaat untuk meminimalkan gejala yang parah akibat dari infeksi virus corona.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun