Eh, malamnya, ketika saya pulang, saya merasa pegal-pegal. Saya merasa sangat letih. Sampai-sampai saya berjalan kaki dengan amat pelan. Lengan bekas disuntik ketika saya raba agak membengkak.
Sesampainya di rumah, setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, saya langsung merebahkan diri di kasur. Saya merasa tubuh saya tidak fit. Ditambah di lengan bekas suntikan juga terasa sakit.
Jam 2 pagi, saya merasakan kedinginan, tubuh menggigil, kaki kram. Setelah kaki yang kram saya pijit-pijit, saya pindah ke kamar depan. Saya tetap merasakan kedinginan. Kepala cenat cenut.
Ketika saya menyiapkan sahur, badan terasa lemas. Saya juga tidak nafsu makan. Sahur hari itu, saya hanya minum teh manis panas. Seperti orang yang akan sakit.
Saat tadarus online, saya membacanya dengan lemas. Benar-benar badan saya tidak enak banget. Usai tadarus saat urus anak-anak yang akan ke sekolah.
Efek lain yang saya rasakan, badan demam, batuk-batuk, sakit perut, dan nyeri sendi. Saya jadi ingat keluhan yang disampaikan kawan yang sudah vaksin booster. Oh, jangan-jangan ini efek sampingnya?
Saya pun merebah. Memutuskan untuk minum obat kan tidak mungkin juga, orang lagi puasa. Saya alihkan dengan mengetik, tapi bawaannya mengantuk. Tapi mau tidur juga tidak jelas karena terganggu rasa nyeri di bekas suntikan.
Saat itu, saya malas buat melakukan aktifitas. Maunya merebah. Padahal, sorenya ada agenda buka puasa bersama dengan para mama eks kelas 9E, kelasnya anak pertama saya, yang sekarang kelas X. Tempatnya, di rumah saya. Tidak mungkin juga kan saya main membatalkan?
Jadi, saya tidak masak apa-apa. Suami yang menyediakan. Membeli makanan ini, membeli minuman ini. Suami juga yang merapikan ruangan tamu, memindahkan sofa, dan memasang karpet.
Meski dalam keadaan kurang fit, saya tetap menyambut dan mengobrol para tamu saya. Â Hingga acara buka puasa tuntas, saya masih merasakan tidak enak badan. Mencuci piring pun dengan pelan.