Kebetulan sebelum lebaran saya sudah sempat membeli jengkol di abang sayur depan kompleks. Belinya tidak banyak, hanya 2 bungkus yang 1 bungkusnya setelah saya timbang beratnya 200 gram.
Tapi saya mau masak 1 bungkus saja. Saya mau lihat respon "pasar" terlebih dulu alias bagaimana tanggaan anak-anak dan suami di rumah. Apakah bilang "enak, maknyus, atau ok" nih?
Sebelum diolah, kulit jengkol saya bersihkan, lalu bagi dua, cuci deh. Langkah selanjutnya saya rebus bersama 5 lembar daun salam dan irisan satu ruas jahe agar jengkol ketika dimakan tidak menimbulkan aroma yang "semerbak". Rebus dengan api kecil sekitar 20 menit. Setelah direbus jengkol saya geprek.Â
Lalu saya ulek 1 sdt ketumbar sangrai, 5 buah cabe merah keriting, 3 buah cabe merah besar, 5 buah cabe rawit merah, 3 siung bawang merah, 3 siung bawang putih, 1 butir kemiri, 1 ruas jahe, 1 ruas lengkuas. Tumis deh bersama 1 batang sereh dan 2 lembar daun salam sampai harum
Masukkan jengkol. Tuangkan sekitar 150 mili air. Biarkan sampai mendidih. Kasih sedikit garam, penyedap rasa, dan gula. Kalau rasanya sudah pas di lidah, masukkan santan. Aduk-aduk agar santan tidak pecah.Â
Selesai. Matikan kompor. Kuahnya sengaja saya biarkan tidak sampai menyusut karena suami saya suka dengan makanan berkuah.
Jadi deh kari jengkol. Saya taruh ke dalam mangkok. Taraaa...
Apakah enak? Anak kedua saya sih bilangnya enak, suami mah selalu bilang enak. Tidak pernah bilang masakan saya tidak enak. Dan, selalu habis hehehe...
Eh ternyata jengkol bergizi juga lho karena terdapat berbagai kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, hingga mineral. Jadi, jengkol dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi harian kita.
Tak hanya bisa memuaskan nafsu makan, jengkol juga memiliki beragam khasiat bagi kesehatan.Â
Berdasarkan apa yang saya baca di sini, jengkol ternyata mengandung banyak antioksidan yang bermanfaat untuk melawan radikal bebas di dalam tubuh. Sebagaimana diketahui radikal bebas diketahui menjadi salah satu pemicu munculnya berbagai penyakit kronis.