Mohon tunggu...
Tety Polmasari
Tety Polmasari Mohon Tunggu... Lainnya - ibu rumah tangga biasa dengan 3 dara cantik yang beranjak remaja
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas, insyaallah tidak akan mengecewakan...

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Beragam Cara Bersilaturahmi di Masa Pandemi

14 Mei 2021   13:30 Diperbarui: 14 Mei 2021   15:24 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bila prinsip ini belum bisa disepakati oleh kita yang warga berbangsa Indonesia maka tentu kita akan terus bergelut dengan pandemi Covid-19, seperti berjalan tanpa ujung," tegasnya.

   Prof. dr. Menaldi Rasmin Sp.P (K), FCCP (Dokumen pribadi)
   Prof. dr. Menaldi Rasmin Sp.P (K), FCCP (Dokumen pribadi)

Prof. dr. Menaldi Rasmin Sp.P (K), FCCP, pakar kedokteran respirasi yang berpraktek di RS Premier Jatinegara, juga memiliki pandangan yang sama. Katanya, hal terpenting untuk menanggulangi pandemi adalah membangun pemahaman.

Selain itu, juga membangun kesadaran seluruh warga negara, tokoh masyarakat untuk turut aktif melakukan KIE (komunikasi, informasi, edukasi) yang gencar perihal 5M dan Informasi Covid-19, strategi 3T (Telusur, Tes, Terapi), lokalisasi pusat penularan, melakukan vaksinasi agar terjadi kekebalan komunitas.

"Belajar dari lonjakan kasus Covid-19 di India pasca ritual keagamaan, tentunya kita tidak ingin hal serupa terjadi di Indonesia," katanya saat berbicara dalam webinar "Belajar dari India, Babak Baru Covid 19 di Indonesia, Siapkah Kita?", Selasa (12/5/2021), yang diadakan RS Premier Jatinegara.

Setelah India melonggarkan mobilitas penduduk, yang akhirnya diikuti menurunnya kepatuhan protokol kesehatan yang akhirnya justru malah terjadi lonjakan kasus. 

Kita juga harus belajar dari tahun lalu yaitu 4 hari libur panjang yang rata-rata kenaikan mencapai di atas 80 persen kasus. Meski memang saat ini kasus baru menurun dan kesembuhan meningkat, namun tetap perlu diwaspadai.

Seperti diketahui, hampir sekitar 63,5 % dari penyintas covid, mengalami sindrom pasca Covid-19 dengan berbagai bentuk keluhan dan gejala, baik yang bersifat gangguan secara fisik maupun nonfisik. Misalnya, gangguan tidur, merasa berdebar-debar , sesak nafas dan lemas. 

Sementara itu, Dr. Sonny Harry B Harmadi Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid -19 dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan melalui uji secara statistik setiap ada peningkatan mobilitas penduduk dan diikuti penurunan kepatuhan protokol kesehatan, berdampak pada kasus terkonfirmasi positif. 

Hal itu ditandai dengan adanya lonjakan kasus baru Covid-19 dan angka kematian. Februari 2021 setelah liburan natal dan tahun baru, terjadi penambahan kasus yang sangat signifikan. 

"Waktu itu, kasusnya mencapai 176 ribu kasus, angka kematian meningkat 37-119 persen dan kita sudah kewalahan mencari rumah sakit. Jadi ini perlu kita perhatikan. Karena itu, penyekatan mobilisasi masyarakat dinilai perlu," tegasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun