"Bila prinsip ini belum bisa disepakati oleh kita yang warga berbangsa Indonesia maka tentu kita akan terus bergelut dengan pandemi Covid-19, seperti berjalan tanpa ujung," tegasnya.
Prof. dr. Menaldi Rasmin Sp.P (K), FCCP, pakar kedokteran respirasi yang berpraktek di RS Premier Jatinegara, juga memiliki pandangan yang sama. Katanya, hal terpenting untuk menanggulangi pandemi adalah membangun pemahaman.
Selain itu, juga membangun kesadaran seluruh warga negara, tokoh masyarakat untuk turut aktif melakukan KIE (komunikasi, informasi, edukasi) yang gencar perihal 5M dan Informasi Covid-19, strategi 3T (Telusur, Tes, Terapi), lokalisasi pusat penularan, melakukan vaksinasi agar terjadi kekebalan komunitas.
"Belajar dari lonjakan kasus Covid-19 di India pasca ritual keagamaan, tentunya kita tidak ingin hal serupa terjadi di Indonesia," katanya saat berbicara dalam webinar "Belajar dari India, Babak Baru Covid 19 di Indonesia, Siapkah Kita?", Selasa (12/5/2021), yang diadakan RS Premier Jatinegara.
Setelah India melonggarkan mobilitas penduduk, yang akhirnya diikuti menurunnya kepatuhan protokol kesehatan yang akhirnya justru malah terjadi lonjakan kasus.Â
Kita juga harus belajar dari tahun lalu yaitu 4 hari libur panjang yang rata-rata kenaikan mencapai di atas 80 persen kasus. Meski memang saat ini kasus baru menurun dan kesembuhan meningkat, namun tetap perlu diwaspadai.
Seperti diketahui, hampir sekitar 63,5 % dari penyintas covid, mengalami sindrom pasca Covid-19 dengan berbagai bentuk keluhan dan gejala, baik yang bersifat gangguan secara fisik maupun nonfisik. Misalnya, gangguan tidur, merasa berdebar-debar , sesak nafas dan lemas.Â
Sementara itu, Dr. Sonny Harry B Harmadi Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid -19 dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan melalui uji secara statistik setiap ada peningkatan mobilitas penduduk dan diikuti penurunan kepatuhan protokol kesehatan, berdampak pada kasus terkonfirmasi positif.Â
Hal itu ditandai dengan adanya lonjakan kasus baru Covid-19 dan angka kematian. Februari 2021 setelah liburan natal dan tahun baru, terjadi penambahan kasus yang sangat signifikan.Â
"Waktu itu, kasusnya mencapai 176 ribu kasus, angka kematian meningkat 37-119 persen dan kita sudah kewalahan mencari rumah sakit. Jadi ini perlu kita perhatikan. Karena itu, penyekatan mobilisasi masyarakat dinilai perlu," tegasnya.