"Jelas, itu tidak dianjurkan oleh agama, sehingga saya khawatir orang yang mudik itu bukannya mendapatkan pahala tapi yang ada mendapatkan dosa," jelasnya.
Dikatakan Prof. Quraish Shibab, agama mempunyai 5 tujuan pokok. Pertama, memelihara agama itu sendiri. Dari sini datang kewajiban saling memasihati, kewajiban untuk berdakwah. Kedua, memelihara jiwa. Ketiga, memelihara akal. Keempat, memelihara harta benda. Kelima, memelihara kehormatan dan anak keturunan.
"Nah, kita ambil salah satu contoh. Kalau Anda mau pergi shalat Jumat, tiba-tiba di jalan ada seorang anak yang perlu ditolong, apakah Anda tetap pergi shalat Jumat dan mengabaikan anak ini? Di sini, wajib menolong anak itu dan tidak wajib pergi shalat Jumat," tuturnya.
Atau contoh lain, kalau ada air yang ingin kita gunakan untuk berwudhu tetapi ada anjing yang kehausan dan membutuh air itu, maka kita wajib memberikan air itu kepada anjing tersebut. Kita tidak diwajibkan berwudhu tetapi cukup dengan bertayamun jika memang tidak ditemukan lagi air yang lain.
"Jadikanlah konsep agama sebagai tolok ukur bahwa kemanusiaan itu mendahului keberagamaan," ujarnya.
Prof. Quraish mengingatkan beribadah atau beramal sholeh harus mempertimbangkan waktu, tempat, kadar, dan sasaran. Amal itu menggunakan daya kita secara umum. Ada daya pikir, daya kalbu, daya fisik, daya hidup. Ini harus dipelihara untuk melahirkan kecerdasan-kecerdasan.Â
Dirikanlah amal sholeh, tetapi harus diingat amal itu harus memberikan manfaat sesuai dengan tempatnya, kadarnya, dan sasarannya. Bukan amal sholeh jika Anda membelikan anak senjata karena itu tidak wajar memberikan anak senjata.
Bukan amal sholeh jika Anda memberi dana yang cukup besar untuk orang gila karena tidak sesuai sasarannya. Di dalam hadist ada dikatakan menegur orang sewaktu khatib kutbah dalam shalat Jumat dilarang karena memang bukan pada tempatnya.
"Nah, mudik sekarang bukan pada tempatnya! Itu melanggar agama dalam hemat saya. Karena apa? Karena itu membahayakan. Itu bukan amal sholeh. Amal sholeh itu yang bermanfaat sesuai waktunya. Ada waktu-waktu tertentu untuk amalan-amalan tertentu, ada kadar tertentu," lanjutnya.
Kita harus pandai-pandai memilih waktu yang tepat untuk beramal shaleh, kadar yang tepat, tempat yang tepat, dan sasaran yang tepat. Tanpa mempertimbangkan hal-hal ini, itu namanya bukan amal shaleh.