Kota Depok, Jawa Barat, tempat wilayah saya tinggal, saat ini masih dalam zona merah Covid-19. Meski demikian, hari ini, Rabu (9/12/2020), Kota Depok tetap mengadakan pemungutan suara untuk memilih Calon Wali Kota Depok dengan nomor urut 1 Pradi Supriatna yang berpasangan dengan Afifah Alia, dan nomor urut 2 pasangan Mohammad Idris-Imam Budi Hartono.
Pasangan Mohammad Idris - Imam Budi Hartono diusung oleh partai politik PKS, Partai Demokrat, PPP dan Partai Berkarya. Sedangkan pasangan Pradi Supriatna dan Afifah Alia diusung oleh Gerindra, PDIP, PAN, Golkar, PKS, PSI, dan sejumlah partai nonparlemen.
Terus terang, saya tidak terlalu antusias mengikuti "pesta rakyat" ini. Mungkin karena dibayang-bayangi Covid-19, dan saya juga kurang mengenal lebih jauh sosok para calon yang akan memimpin wilayah Depok. Meski demikian, saya tetap harus memberikan suara saya untuk Kota Depok yang lebih baik.
Kalau suami saya sudah tiba lebih awal karena menjadi panitia pemungutan suara. Dari kemarin, suami saya memang sibuk. Selain ikut membantu mendirikan tenda, juga menyebarkan surat pemungutan suara ke warga sesuai nama dan alamat. Suami saya juga sibuk ikut rapat untuk memastikan kesiapan "pesta rakyat" ini berjalan dengan baik dan lancar.
Saya pun tiba di TPS 51 dengan memakai masker dan face shield. Di lapangan Berlian Permata Depok berdiri tenda berwarna merah maroon yang cukup luas. Seperti tenda hajatan. Lalu saya diarahkan oleh petugas untuk mencuci tangan terlebih dahulu di tempat yang sudah disediakan.Â
Setelah mengeringkan dengan tisu, suhu tubuh saya pun dicek. Petugas mengarahkan thermo gun ke punggung tangan saya. Hasilnya 32,4 derajat selsius. Hah, masa sih? Petugas menunjukkan thermo gun kepada saya untuk menyakinkan. Saya seperti orang yang tidak punya darah saja. Mungkin karena pengaruh cuaca yang dingin?
Kemudian saya dipersilakan masuk ke tenda lalu mendaftar dengan menyerahkan surat pemilihan atas nama saya. Setelah dicek, nama saya tercatat sebagai pemilih, lalu saya memberikan tanda tangan dengan pulpen yang saya bawa dari rumah seperti yang dianjurkan.Â
Saya lantas diminta menunggu di tempat duduk yang sudah disediakan. Saya perhatikan, kursi yang satu dengan kursi yang lain berjarak. Tapi kursi-kursi itu kosong, hanya terisi oleh saya. Tidak ada kerumunan yang terlihat.
KPUD Depok sendiri memang sudah mengantisipasi. Guna menghindari potensi kerumunan, ditetapkan jumlah maksimal pemilih dan panitia di TPS sebanyak 500 orang. Tapi, di TPS saya jumlah panitia dan pemilih tidak sampai sejumlah itu.