aku mengunjungimu lagi
di tempat yang sama
seperti janjiku padamu
untuk tumpahkan kerinduan
di antara rerimbunan pohon
yang daun-daunnya berguguran
kali ini kusertakan melati
sebagaimana pintamu
mungkin juga pintanya
ketika kau dan dia tak saling bersua
merengkuh kehangatan bersama
seperti hangatnya bias mentari
seperti biasa kau membisu
saat kucurahkan isi hati
bahwa betapa kumerindu
rindu yang selalu kurajut
dalam kegelapan malam
di bawah langit berhiaskan bintang
entah aku tak paham
apakah dia mengerti
akan kebisuanmu
lihatlah tatapan matanya
mirip denganmu
aku melihat senyummu di sana
aku terdiam dalam senyap
membiarkan angin menyusup
membelai tubuhku, juga tubuhnya
begitu caramu membisikiku
bahwa kau pun merindu
rindu yang sekian lama kau pendam
kebersamaan kita dengannya
aku abadikan dalam cerita
dengarlah coletehnya
dari mulut mungilnya
yang selalu memanggilmu
yang ingin memelukmu
kulihat langit begitu temaram
awan kelabu berarak tertiup angin
lalu berhenti tepat di atas
kepalaku, kau, juga dia
rintik hujan perlahan turun
menyusup ke dalam tanah yang kupijak
aku berdiri tanpa apa-apa
saat kupamit padamu
dan aku kan ke sini lagi
kembali bersama dengannya
lalu kutinggalkan barisan nisan
bersama air hujan, air mataku, air matanya