Aku tidak tumbuh dari pelukan hangat dari dunia,
melainkan sunyi yang telah mengeras menjadi batu.
Dari luka yang menolak untuk sembuh,
aku diam-diam merangkai jalan pulangku sendiri.
Setiap pagi, aku berdiri
menatap cermin dengan mata yang berair karena banyak kecewa.
Bukan karena aku sudah lelah,
tapi karena selama ini menjadi orang yang harus kuat di depan orang.
Tapi tetap harus kuat untuk diri sendiri.
Aku pernah berpikir bahwa yang retak itu tandanya lemah.
Tapi kini, aku tahu, retak justru membuat ada ruang cahaya yang bisa masuk.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!