Mohon tunggu...
Nazreeya
Nazreeya Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam 45 Bekasi

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Realita Keadaan dan Kualitas Guru dalam Instansi Pendidikan

26 Mei 2024   16:00 Diperbarui: 26 Mei 2024   16:32 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: dokumentasi @hayatinnur.tv

Pendidikan menjadi salah satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seluruh masyarakat. Merujuk pada UU No. 20 tentang Sistem pendidikan Indonesia yang mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia wajib belajar dan mengikuti alur pendidikan. 

Sejarah pendidikan yang berawal dari proses revolusi kemerdekaan dan proses pengajaran, mendidik telah dihadirkan pada zaman penjajahan atau kolonialisme yang mengadakan Europeesche Lagere School (ELS). 

Pada zaman tersebut masyarakat belum melakukan aktivitas yang sama dengan anak-anak belanda. Hal ini terbatas serta terhalang oleh tahta, kasta dan perbedaan gender yang dimiliki masyarakat. Terlebih perkembangan pendidikan kembali berkembang dan berjaya setelah kemerdekaan Indonesia pada Tahun 1945 yang sekarang memiliki langkah seribu lebih maju dari teknologi yang canggih untuk mewujudkan tujuan pendidikan dalam mencerdaskan anak bangsa. 

Guru dan Pendidik sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai rujukan ilmu kehidupan dan pengalaman yang terangkum dalam proses pembelajaran. Perhatian, bimbingan dan penilaian guru menjadi salah satu motivasi agar anak didik berkembang serta berjalan pada arah yang benar. 

Setelah guru menghantarkan anak didiknya menjadi spesialis handal dan mereka para alumni pendidikan yang diajarnya tidak akan segan-segan untuk membuat acara halal bihalal sebagai ajang silaturahmi antar teman angkatan sekaligus mengobati rasa rindu dengan menghadirkan sang guru. Rasa ta'zim anak didik akan selalu melekat kepada sanadnya yang telah mendidik, membina dan menjadi suri tauladan selama masa proses pendidikan.

Kini, banyak beredar tentang kabar buruk dari sisi guru dan lingkungan instansi pendidikan dengan rujukan: "Seorang Guru Luka Parah hingga Buta akibat menegur peserta didik yang merokok" [Metrotvnews 2023], "Modus! Memberi pelajaran tambahan untuk mencabuli peserta didik" [detik.com 2024], "Guru mencari pekerjaan sambilan agar tercukupi kehidupan sehari-harinya" [Kompasiana 2023].


Dari beberapa kasus, persiapan sumber daya manusia yang berprofesi sebagai guru telah banyak gerakan dan syarat khusus untuk mendapat pengakuan layaknya individu dalam uji kompetensi guru. Dari mulai tes sertifikasi melalui PPG، PPPK atau pengalaman Praktik Kerja Lapangan [PKL] dan Kuliah Kerja Nyata [KKN] saat program Sarajana.

Proses tersebut adalah upaya peningkatan nilai dari diri seorang guru sebelum terjun dalam lingkungan masyarakat dan amanah dari instansi. Namun dari seragamnya persyaratan tersebut tidak menjadi penghalang atas pendidik yang tidak memadai pendidikan sehingga berakibat buruk bagi nama bangsa. 

Dari beberapa kasus yang telah beredar, Fakta dan data menjadi beberapa sebab dari akibat sisi buruk tersebut diantaranya:

  • Tidak mengetahui minat bekerja dan tidak liniernya jurusan dengan pekerjaan dapat membangun rasa kapitalisme dalam bekerja.
  • Tidak memahami kompetensi guru yang akhirnya tidak seimbang dengan kesiapan mental dalam mengajar dan mendidik.
  • Tidak memahami pasarnya honorarium sehingga berakibat tidak nyaman dan kesulitan dalam menghadapi pekerjaan. 
  • Tidak siapnya mengikuti ritme dan dinamika kerja dikarenakan minim pengalaman mengajar.

Sekarang kita mengetahui betapa pentingnya mempelajari minat dan bakat diri agar tidak menjerumus dan terjerumus ke profesi yang tidak ingin dituju. Imbasnya banyak seorang guru yang tidak memperdulikan dirinya sebagai suri tauladan, kerapihan dalam berpakaian, tidak memberikan senyuman ramah kepada anak didik dan tidak memiliki komunikatif yang baik. 

Pengaruh dari kompetensi dasar yang tidak diberlakukan akan merubah sifat dan sikap anak didik terhadap guru maupun lingkungan sekitarnya. Bahkan ironisnya anak didik akan cenderung tantrum, merasa gagal, tidak percaya diri, takut dan menyerang guru baik dengan cara kasar yang dilakukan sendiri atau melalui tindakan lainnya. Hal ini melibatkan perasaan orang tua dan masyarakat merasa gagal serta kecewa atas hasil bimbingan yang ada selama di sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun