Novel seteru satu guru adalah sebuah novel sejarah  dengan narasi fiksi yang dikarang oleh Haris Priyatna. Novel ini mengisahkan tentang perjalanan hidup 3 sahabat yang tinggal serumah yaitu soekarno, muso, dan kartosoewiryo. Mereka di didik oleh seorang guru yaitu H. O. S. Tjokroaminoto seorang tokoh yang menggerakkan perlawanan terhadap kolonial Belanda dan pendiri organisasi pertama di Indonesia yaitu Sarekat Islam.
Di bawah gemblengan Tjokroaminoto ketiga sahabat ini di berikan porsir didikan yang sama, namun mereka memiliki cara berpikir dan ideologi yang berbeda, tentunya untuk menghantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Adapun ideologi yang mereka yakini yaitu; soekarno dengan nasionalismenya, musso dengan komunisme, dan kartosoewirjo dengan jalan Islam radikal.
Buku ini di bagi menjadi 3 bagian yaitu; kemelut, internaat, dan kulminasi.
Pada bagian pertama yaitu kemelut, menceritakan tentang perjalanan politik pada masa itu dan bagaimana ketiga sahabat ini berperan.
Bagian kedua internaat menceritakan bagaimana kisah mereka ketika mondok di rumah tjokroaminoto dan bagaimana mereka akhirnya di pertemukan. Serta seperti apa pemikiran dan jalan politik mereka untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Dan selama mondok, disinilah tempat mereka berdiskusi tentang apa dan bagaimana isi kepala mereka masing-masing untuk mewujudkan kemerdekaan.
Di bagian ketiga kulminasi mengisahkan tentang bagaimana musso dan kartosoewiryo melakukan pemberontakan dengan jalan masing-masing terhadap kawannya yaitu soekarno yang mana beliau adalah pimpinan pemerintahan Republik Indonesia.
Di bagian ketiga ini yang sangat menarik bagi saya. Di mana musso dan kartosoewiryo menjadi buronan pemerintah soekarno hingga tentara mencari mereka kehutan dan pada akhirnya musso pun terbunuh. Di sini juga dikisahkan soekarno harus menindak tegas sahabatnya yaitu kartosoewirjo untuk di hukum mati.
Perundingan renville dan linggarjati yang di anggap musso dan kartosoewiryo merugikan bangsa Indonesia yang menyebabkan kekecewaan mereka terhadap soekarno sehingga akhirnya mereka memilih jalan untuk berseteru dan berusaha untuk merebut pemerintahan dari tangan Soekarno.
Musso dan kartosoewiryo masing-masing dari mereka memperjuangkan digulingkannya pemerintahan yang dipimpin soekarno yang berideologi nasioanalisme dan berganti menjadi ideologi komunisme yang di bawa oleh musso atau islam radikal yang di bawa oleh kartosoewiryo.
Novel ini banyak mnegisahkan cerita cerita menarik dari ke empat tokoh di dalamnya yaitu tjokroaminoto, soekarno, musso, dan kartosoewiryo.
Dikisahkan juga tentang kharisma Tjokroaminoto dihadapan pribumi maupun belanda sehingga ia dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota. Hingga cerita tentang soekarno yang selalu ikut kemanapun Tjokro pergi, dan selalu mengkuti gaya tjokro terutama dari cara tjokro berpidato.
