Mohon tunggu...
Nayla Ayesha Humaira
Nayla Ayesha Humaira Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Mercu Buana

NIM 43223010133 | Mata Kuliah: Teori Akuntansi | Dosen Pengampu: Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG | Fakultas Ekonomi dan Bisnis | Program Studi S1 Akuntansi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Teori Akuntansi Pendekatan Hermeneutik Wilhelm Dilthey

13 Oktober 2025   12:13 Diperbarui: 14 Oktober 2025   09:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Bagi Dilthey, memahami berarti menafsirkan (Verstehen), bukan sekadar menjelaskan (Erklren). Pemahaman hanya bisa diperoleh jika peneliti atau akuntan mau "menghidupkan kembali" pengalaman orang lain (nacherleben) dengan dasar empati. Dalam akuntansi, ini berarti memahami bagaimana seseorang memaknai laba, utang, atau tanggung jawab bukan sebagai angka netral, tetapi sebagai simbol kehidupan ekonomi yang dijalani. Misalnya, bagi pedagang tradisional, laba mungkin dimaknai sebagai rezeki dan tanda keberkahan. Bagi korporasi modern, laba merupakan ukuran kinerja dan bentuk legitimasi sosial. Sementara bagi komunitas religius, laba bisa dianggap sebagai keseimbangan moral antara usaha manusia dan kehendak Tuhan. Dengan demikian, makna akuntansi selalu berbeda-beda tergantung pada konteks sosial, budaya, dan spiritual masyarakat yang melahirkannya.

Dalam kerangka hermeneutik Dilthey, akuntansi merupakan bagian dari dunia hidup manusia (Lebenswelt). Dunia hidup adalah realitas sosial yang penuh nilai, makna, dan pengalaman historis yang dihayati manusia. Artinya, akuntansi tidak berada di luar manusia, melainkan menjadi bagian dari cara manusia memahami dan menata kehidupannya. Angka-angka dalam laporan keuangan adalah simbol-simbol dari kehidupan itu sendiri. Misalnya, angka saldo kas mencerminkan rasa aman dan kontrol; laporan tahunan menggambarkan tanggung jawab dan keinginan untuk diakui; sementara neraca sosial menandakan nilai solidaritas dan spiritualitas. Dalam perspektif ini, angka bukan realitas mati, tetapi jejak kehidupan batin manusia.

Dilthey menolak pandangan bahwa hanya ilmu alam yang rasional. Ia menegaskan bahwa ilmu kemanusiaan juga rasional, hanya saja rasionalitasnya bersifat interpretatif. Kebenaran dalam akuntansi hermeneutik tidak diukur dari seberapa kuat hubungan statistiknya, melainkan dari kedalaman makna yang berhasil dipahami dan dihubungkan secara koheren. Peneliti atau akuntan hermeneutik bukanlah pengamat netral, melainkan penafsir yang ikut terlibat secara batin. Validitas pengetahuan diperoleh dari keutuhan makna dan konsistensi nilai yang ditemukan dalam proses penafsiran. Dengan demikian, pendekatan hermeneutik tidak menolak angka, tetapi memberi jiwa pada angka dengan cara memahami maknanya bagi manusia.

Selain aspek epistemologis, Dilthey juga menekankan aksiologi atau nilai dalam akuntansi. Baginya, ilmu tanpa nilai adalah pengetahuan yang terpisah dari kehidupan. Dalam akuntansi, setiap angka selalu membawa nilai tertentu. Laba bisa mencerminkan keadilan atau keserakahan, tergantung pada niat di baliknya. Pajak bisa dipandang sebagai bentuk solidaritas sosial, bukan sekadar kewajiban hukum. Laporan keuangan yang jujur merupakan wujud tanggung jawab moral kepada masyarakat. Dengan kata lain, angka-angka akuntansi adalah simbol moral yang hidup. Akuntansi bukan hanya berbicara tentang efisiensi dan laba, tetapi juga tentang kejujuran, empati, dan keseimbangan moral.

Empati (Einfhlung) menjadi aspek penting dalam akuntansi hermeneutik. Akuntan yang berempati tidak hanya memahami data finansial, tetapi juga memahami kehidupan manusia di baliknya seperti tekanan moral, tanggung jawab sosial, atau penderitaan akibat keputusan ekonomi. Auditor yang berempati tidak sekadar memeriksa angka, tetapi berusaha memahami konteks sosial dan etis di balik laporan. Dengan empati, akuntansi menjadi praktik moral dan kemanusiaan, bukan hanya prosedur teknis.

Melalui pendekatan ini, akuntansi dipandang sebagai cermin kehidupan manusia yang plural dan historis. Sistem akuntansi yang berlaku di suatu masyarakat mencerminkan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat itu sendiri. Akuntansi kolonial mencerminkan rasionalitas kontrol dan dominasi, sedangkan akuntansi koperasi desa mencerminkan semangat gotong royong. Artinya, setiap sistem akuntansi adalah produk dari jiwa historis (historischer Geist) suatu bangsa. Maka, tidak ada satu bentuk akuntansi yang benar secara universal, karena maknanya selalu dibentuk oleh konteks sosial dan nilai budaya.

Dari seluruh pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketika Dilthey menyebut akuntansi sebagai ilmu kemanusiaan yang menafsirkan makna di balik angka, ia ingin mengembalikan akuntansi pada hakikatnya sebagai ekspresi kehidupan manusia. Angka dalam laporan keuangan bukan sekadar hasil perhitungan, tetapi narasi tentang kehidupan, perjuangan, dan moralitas manusia dalam dunia ekonomi. Akuntansi tidak berhenti pada pencatatan transaksi, melainkan menjadi tindakan menulis kehidupan (das Leben schreiben) cara manusia menandai eksistensinya dan mengungkapkan nilai-nilai sosial serta spiritualnya. Dengan memahami makna di balik angka, akuntansi dapat berfungsi bukan hanya sebagai alat ekonomi, tetapi juga sebagai bahasa moral yang menuntun manusia pada keseimbangan antara keuntungan dan kemanusiaan.

Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.
Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.
Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.
Dokumen Modul dari Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG.

Mengapa akuntansi perlu dimaknai secara hermeneutik agar tidak kehilangan nilai moral dan kemanusiaannya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun