Mohon tunggu...
naya raesa
naya raesa Mohon Tunggu... Dokter - Med Student

Med Student always learning new things everyday

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Isu Kedokteran Vape Vs Rokok

19 Agustus 2019   20:02 Diperbarui: 19 Agustus 2019   21:01 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nyatanya 'asap yang hanya uap air' saja mengandung bahan kimia berbahaya seperti propilen glikol (bahan campuran cairan yang paling umum). Bahan kimia ini cukup berbahaya karena terbukti dapat menyebabkan iritasi mata dan paru-paru. Perusahan Dow Chemical menghimbau untuk menghindari menghirup unsur tersebut dalam penilaian keamanan produknya. Selain itu bahan kimia yang berbahaya dalam vape adalah karbonil. 

Ketika cairan vape dipanaskan berpotensi membentuk karbonil yang beracun.1 Dalam paru seorang e-cigar ditemukan juga Neutrophil granulocyte dalam jumlah yang sinifikan bila dibiarkan tidak terperiksa dapat menyebabkan penyakit radang paru-paru seperti COPD dan fibrosis cystic.2

Klaim lainnya adalah seperti lebih sedikitnya resiko penyakit komplikasi dari merokok konvesional. Penyakit komplikasi merokok mencakup kanker paru-paru, radang, bronchitis, pneumonia, meningkatnya asam lambung, sperma steril dan turunnya tingkat kesuburan, stroke, radang otak.3 

Vape masih belum bisa diteliti secara jangka panjang dikarenakan umur popularitasnya yang masih muda. Namun, temuan melewati penelitan kecil menyatakan bahwa e-cigars yang walau tidak melalui proses pembakaran tetap menghasilkan partikel toxic dari berbagai senyawa di cairan. Besarkan laporan tim peneliti dari Univesitas Washington partikel ultrafine air, nikotin dan pelarut di cairan vape nampaknya mengendap di paru-paru dengan pola yang sama seperti partikel ultrafine yang ditemukan di asap tembakau.1

Pendapat dasar yang mengasumsikan bahwa e-cigars adalah alternatif asupan tembakau dari rokok konvesional juga tidak sepenuhnya benar. 

Mayoritas penguuna vape adalah orang dewasa yang dulunya adalah perokok yang ingin berhenti, mengurangi konsumsi tembakau mereka atau mantan perokok yang ingin mencegah kambuh. Melalui penelitian oleh Universitas Sorbonne di Paris, vaper 70% lebih mungkin untuk melanjutkan kebiasaan merokok selama penelitian dibandingkan mantan perokok yang berhenti tanpa vaping. 

Mantan perokok yang menggunakan e-cigars masih kecanduan nikotin. Mantan perokok yang mengrehabilitasi melalui e-cigars juga lebih mungkin mengalami kambuh dalam situasi di mana mereka tidak bisa menggunakan rokok elektronik mereka.4

Bisa disimpulkan bahwa e-cigars yang banyak diyakinin lebih sehat ternyata hanyalah sebuah mitos. Nyatanya e-cigars tdaik memenuhi klaim pasarnya. 

Pada dasarnya sebuah sesuatu yang hakekatnya tidak menyehatkan tubuh akan tetap merugikan pada versi apapun, versi terbaru yang lebih ringan ataupun yang lama. Kitalah sebagai konsumen yang seharusnya lebih bijak dengan apa yang kita konsumsi. Kita bisa memilih opsi yang direkomendasikan secara medis seperti nicotine patch, nasal spray, permen karet nikotin atau pill sebagai rehabilitasi kecanduan nikotin dan hindari penggunaan vapae bila hanya untuk alasan rekreasional.

Refrensi     :

1. Vaping and Health: What Do We Know About E-Cigarettes? [Internet]. Medscape. 2019 [cited 15 August 2019]. Available from: https://www.medscape.com/viewarticle/831097

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun